Penguasa Angpao – Ternak Barongsai

Perjuangan bangsa untuk meraih kemerdekaan dengan susah payah telah dijalani dan di perjuangkan dengan harta, darah dan pertaruhan nyawa para pejuang kita, hari ini berahir. Hak indigenous people dilanggar, prinsip dan teori tentang terjadinya sebuah negara yang dikenal dengan Trilogi Pribumisme telah di musnahnya.

Tidak diakui lagi pribumi sebagai pendiri negara. Pasal 6 ayat (1 ) UUD 45 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli – diganti menjadi Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rokhani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Itulah mimpi Khubilai Khan sejak abad13, itulah perjuangan dari rentetan sejarah kelam Nusantara, itulah proxy yang berhasil menembus pusat kendali politik.

Tragedi  amandemen UUD yang ugal ugalan dipertontonkan kepada dunia, sebuah perubahan telah terjadi dan akan mengawali benturan peradaban. Warisan perjuangan bangsa semudah itu di belokan oleh para politsi yang tolol dan buta sejarah.

Pagar itu telah roboh,  setelah itu China berloncatan masuk pintu gerbang dengan membawa apa saya yang mereka mau dan keluar apa yang mereka dapat. Etnis China leluasa keluar masuk apapun yang ingin di perbuat di negeri ini

Pada abad 13 mereka datang ingin menguasai Nusantara dengan mengerahkan ribuan kapal dan misi penjajahan mereka gagal total. Saat ini mereka tidak perlu bersusah payah cukup menjinakkan Barongsai dengan modal angpao dan sedikit skenario sudah sampai ke alamat.

Semua menyerah menjadi badut dan budak mereka bergaya dan berlagak seperti pahlawan tidak sadar peranya hanya sebagai pesuruh dan boneka. Mereka berebut angpao yang dilembar setiap waktu untuk menjinakkannya   piaraannya.

Etnolog Belanda Profesor Veth pernah mencela rakyat negeri ini seperti “rakyat kambing yang semangat harimaunya sudah dijinakkan sampai ke kutu-kutunya, karena bekerjanya obat tidur penjajahan …”

Gubernur Jenderal De Jonge pernah mengatakan, lemahnya mentalitas bangsa ini yang mudah dipecah-belah berdasarkan pendapat-pendapat ilmuwan mereka yang berkesimpulan kita adalah bangsa yang paling lunak di dunia” (het zachtmoedigste volk ter bagaiaarde).

Sun Yat Sen mengatakan, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak punya keinginan untuk membebasklan diri dari penindasan ibarat “a sheet of loose sand”. Bagaikan pasir yang meluruk dan rapuh. Tiada keteguhan, sehingga mudah ditiup ke mana-mana.

Negara ini telah dikuasa oleh para penguasa angpau. Bukan mimpi tetapi musnahnya kaum pribumi dan nasib sebagai bangsa yang terjajah akan terjadi dan terulang kembali, tanpa kesadaran kita sebagai bangsa yang berdaulat, mandiri dan merdeka.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News