Gubernur Lembaga Ketahanan (Lembanas) Agus Widjojo telah mengkhianati amanat Panglima Besar Jenderal Sudirman. Jenderal Sudirman dalam perintah harian menginstruksikan kepada Angkatan Perang RI, dan kepada seluruh rakyat Indonesia, agar APRI adalah Tentara Nasional, Tentara Rakyat, Tentara Revolusi.
“Tolong Pak Agus. Anda sudah mengkhianati amanat Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kita tidak bisa terima itu. Ingat Pak Agum Gumelar dengan kejadian tempo hari, bahwa di dalam diri prajurit, dia akan berhenti berjuang, kalau dia telah mati. Dia meninggal dunia atau gugur. Selesai persoalan. Tetapi selama masih ada nafas, dia wajib mengabdikan kepada negara dan bangsa. Kita ini komponen cadangan yang siap sewaktu-waktu bersama rakyat membela, mengawal, menjaga, mempertahankan keutuhan dalam bingkai NKRI,” kata mantan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI (purn) Tri Tamtomo kepada (12/10/2021) dikutip dari itoday
Lebih lanjut, Tri Tamtomo juga meminta Agus Widjojo untuk mencermati UU 23/2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PSDN). Negara Indonesia tidak bisa dipikul oleh satu instansi atau kelembagaan saja. Di samping itu, UUD 45 menyatakan, setiap warga negara punya kewajiban untuk bela negara.
“Kemanunggalan TNI-rakyat ini tidak bisa diabaikan. Bagaimana tentara mau dipisahkan dari rakyat. Cikal bakal perjuangannya dari rakyat, kok mau dipisahkan. Pak Agus ini gimana cara berfikirnya Pak? Bapak tidak bisa seperti itu, bapak sebagai Gubernur Lemhanas harus berbekal lima misi Lemhanas. Bapak mengundang orang, terus bapak keluar dari konteks. Dari Sapta Marga dan 8 Wajib TNI, ada beberapa butir yang Anda langgar? Amanat Jenderal Sudirman juga dilanggar. UU ASN Anda tubruk. Ini gimana?” tegas Tri Tamtomo.
Tri Tamtomo mengutip pernyataan Presiden RI pertama Soekarno saat berbicara dengan Pemimpin Vietnam. “Jangan dipisahkan antara TNI dan rakyat, ini bukan Amerika Serikat, ini Indonesia. Pendiri bangsa Soekarno, menegaskan, ciri negara adalah ciri khas yang harus digunakan dalam menghadapi perkembangan situasi di manapun. Geostrategi dapat dipakai sesuai dengan kondisi bangsa. Bukan kita jiplak! Terus pakai! Ini salah, salah besar,” ungkap Tri Tamtomo.
Pesan khusus pun disampaikan Tri Tamtomo. Bahwa globalisasi, perkembangan lingkungan strategik mengharuskan elemen bangsa bersatu dengan yang lain, bergandengan tangan merapatkan barisan, menatap ke depan
“Jangan sampai kita meneruskan jejak Panglima Besar Jenderal Sudirman untuk menyelamatkan bangsa ini, tetapi justru kita menjadi sapu lidi yang mengelitik dari bawah, sehingga dimanfaatkan anasir yang tidak bertanggungjawab untuk menghancurkan bangsa ini. Pak Agus, Anda berhadapan dulu dengan saya Pak….,” pungkas Tri Tamtomo.