Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)
Pada tahun 2015, lima tahun sebelum virus corona mewabah. Bill Gates menyebut bakal ada sebuah virus yang akan menjadi pandemi dan menyusahkan penduduk dunia.
Belum selesai Covid-19. Bill Gates kembali bikin ngeri dunia. Bill Gates yang dituding dibalik isu Covid-19 melontarkan, entah prediksi atau rencana. Dunia akan mengalami pandemi 10 kali lebih dahsyat dari Covid-19. Jangan-jangan orang yang sudah divaksin menjadi target pembunuhan saat pandemi selanjutnya versi Bill Gates?
Andai Bill Gates benar. Jika dilihat data kematian dunia per 9/8/21 karena Covid-19 berjumlah 4.292.960 kali 10 kali lebih dahsyat. Ada sekitar 40juta lebih orang meninggal dan 2 miliar orang lebih terjangkit virus akibat pandemi selanjutnya. Kejam kali kau Bill Gates. _Naudzubillah summa naudzubillah._ Menguatkan isu program depopulasi dunia oleh Yahudi.
WHO sudah kasih warning. Setelah varian delta akan muncul lagi varian baru. Varian lambda. Terus gonta ganti varian hingga agenda Yahudi dan Komunis tercapai.
Banyak pengamat meragukan Covid-19. Apakah virus corona itu alamiah atau senjata biologis. Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari termasuk yang meragukan apakah Covid-19 virus natural atau buatan.
Sir Richard Dearlove mantan Direktur Biro Intelijen Inggris, MI6 meyakini pandemi virus Corona berawal dari kecelakaan ketika virus yang dibuat di laboratorium China bocor.
Sudah 1,5 tahun lebih pandemi atau plandemi Covid-19 melanda Indonesia. Belum ada kepastian kapan akan berakhir. Banyak kalangan menduga tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Kecuali terjadi peralihan kekuasaan di Indonesia.
WHO sendiri tidak bisa menjamin kapan Covid-19 akan berakhir. Dalam suatu kesempatan, Jokowi dan LBP menyampaikan, herd immunity Jawa-Bali tercapai September 2021.
Belum kering ditenggorokan. Belum sampai sebulan. Masih dalam hitungan hari. LBP ngomong beda lagi. Herd immunity sulit tercapai. Alasan ngelesnya. Tak ada vaksin berefikasi 100%.
PPKM terus diperpanjang tanpa jelas indikatornya. Secara sederhana untuk mengukur tingkat bahaya Covid-19 adalah tingkat kematian akibat Covid-19.
Menurut data. Tingkat kematian Covid-19 di Indonesia per 9 Agustus 2021 hanya 2,9% atau 107.096 jumlah kematian Covid-19 dari kasus positif 3.666.031. Angka kematian dunia karena Covid-19 memang dibawah Indonesia 2,1%. Tapi bukan alasan Pemerintahan Jokowi terus menerus memperpanjang PPKM tanpa alasan yang jelas dan logis.
Angka kematian Covid-19 yang hanya 2,9% (maaf bukan mengecilkan angka kematian) tapi rakyat dikurung sudah lebih dari 1,5 tahun dengan alasan daya tular yang tinggi. Kenyataannya, mayoritas yang meninggal karena Covid-19 di RS bukan di jalan atau pasar tradisional. Apalagi di masjid yang banyak ditutup oleh rezim Jokowi. Belum ada rakyat atau jama’ah masjid yang meninggal di masjid karena melaksanakan shalat berjamaah.
Yang namanya bencana atau wabah, indikator paling utama dari tingkat keparahan dan dampak bencana tersebut adalah mortalitas dan morbilitas. Mortalitas mengacu kepada angka kematian, berapa banyak korban jiwa yang jatuh, morbilitas itu mengacu kepada berapa banyak orang yang mengalami kesakitan,” kata guru besar bidang sosiologi bencana dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Prof Sulfikar Amir seperti dilansir dari detikcom, Selasa (10/8/2021).
Anehnya banyak ummat Islam terperdaya. Masjid tiba-tiba bermazhab WHO. Biasanya kebanyakan masjid bermazhab Imam Syafi’i. Shalat dengan prokes. Selesai shalat, masjid digembok. Katanya tidak boleh berkerumun. Kerumunan vaksin malah sangat dianjurkan.
Ada juga misalnya, di depan masjid terpampang tulisan besar. Wajib pakai masker dan membawa sajadah. Ada pula bahasa yang lebih sadis. Yang tidak pakai masker dilarang masuk masjid.
Publik makin curiga. Rezim Jokowi diduga menunggangi Covid-19 dengan pemberlakuan PPKM darurat dan level 4 terus menerus tanpa jelas kapan berakhirnya untuk kepentingan politik dan kekuasaan.
Rakyat sudah kibarkan bendera putih. Menyerah. Rakyat tidak sanggup dikurung di rumah. Pergerakan dibatasi tanpa kompensasi dari negara. Tempat ibadah ditutup. Covad-covid tak kunjung selesai. Lama-lama rakyat ngamuk karena lapar.
Covad-covid berpotensi mengancam persatuan Indonesia. Pejabat sibuk berdagang vaksin dan obat-obatan mencari pundi-pundi. Rakyat pelan-pelan mati kelaparan.
Rakyat makin menderita. Pembangkangan sudah mulai terendus. Lama-lama mencapai klimaks. Entah apa yang akan rakyat perbuat. Rakyat sadar terbelenggu oleh isu covad covid. Pergerakan makin sampit. Perut dan biaya hidup makin sulit.
Rakyat ingin bebas dari belenggu covad-covid yang aroma Yahudi dan Komunisnya sangat menyengat.
Bandung, 1 Muharram 1443/10 Agustus 2021