Sahabat yang Ikhlas Itu telah Pergi

Uncategorized

Oleh : Ustadz Buchory Muslim

Ketua DPP Partai Ummat

Ustadz, saya hanya ingin sentuhan damai dalam hati saya oleh Pak Amien Rais pada 30 tahunan yang lalu itu menjadi modal saya dalam memberikan pengabdian terbaik saya di Partai kita ini. Karena bisa jadi ini adalah pengabdian terakhir saya. Saya titip Mas Alfi sebagai adik Ustadz untuk ikut berkiprah dalam perjuangan menegakkan keadilan dan melawan kezhaliman…”

H Sugeng – Wakil Ketua Umum DPP Partai Ummat.

Mutiara pesan yang beberapa kali beliau samapikan pada saya, baik langsung maupun lewat handphone. Di antaranya adalah ketika beliau bertugas membantu merampungkan ‘struktur dan infrastruktur’ Partai Ummat di Bali dan terakhir beliau bertugas di Sulawesi Tenggara, sementara saya di Kepulauan Nias Sumatera Utara.

Saya memang belum lama mengenal dekat H Sugeng, tetapi perkenalan yang akrab ini terasa sudah begitu lama. Apalagi setelah beliau tau saya adalah masih kerabat dari Prof Dr KH Thohir Luth, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah yang juga Mantan Ketua PWM Jawa Timur yang juga sahabat dan beliau sebut sebagai Gurunya.

Perkenalan sangat berkesan ini mulanya disambungkan oleh Abang senior dan mentor politik saya ‘Kak Putra Jaya Husin’ salah satu inisitor dan perintis pendirian Partai Ummat.

Banyak hikmah, pengalaman dan nasihat-nasihat berharga yang telah dan sering beliau bagikan kepada saya, apalagi saat beliau selesai mendengar kuliah shubuh saya pada pertengahan Ramadlàn di Jogjakarta ketika deklarasi Partai Ummat.

Bagi saya, H Sugeng adalah sahabat dan Ayah politik yang sangat baik. Beliau adalah orang ikhlas, tawadlu, mau mendengar dan sangat peduli dengan gerak langkah dan perjuangan para sahabat, apalagi di daerah minoritas dan terpencil.

Beliau begitu menikmati ketika ketika turun membantu terbentuknya Partai Ummat ketika di Bali dan Sulawesi Tenggara, apalagi Jawa Timur yang telah beliau habiskan hampir 2M. Perhatian itu juga beliau tunjukkan membantu Kalimantan Tengah yang merupakan daerah yang ikuti saya bidani sejak awal.

“Bagi saya Ustadz, sedikit yang saya berikan ini bukanlah apa-apa dibandingkan dengan gerak perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh para sahabat seperti di Bali, Sulawesi Tenggara dan Kalteng. Apalagi Papua, NTT dan Sumetera Utara” kata beliau awal Juli lalu dari balik handphone ketika saya di Padang Sumatera Barat.

Hari selasa 13 Juli lalu, dapat telephone dari putra kebanggan beliau, Mas Alfi bahwa beliau dilarikan ke ICU rumah sakit Menur karena positif covid, dan sebelumnya ada pesan japri dari sahabat Ridho Rahmadi, Ketua Umum Partai Ummat setengah jam sebelum adzan zhuhur berkumandang.

Saya-pun terus mengikuti perkembangan beliau dan kontak selalu dengan Mas Alfi. Yang sedikit berbeda justru kemarin sebelum diputuskan pindah ke RS UNAIR Surabaya, Mas Alfi mengatakan kepada saya : Ustadz, secara insting saya merasa kondisi Ayah sudah lemah, tapi mohon keikhlasan Ustadz untuk menerima keadaan dan kenyataan bahwa saya ikhtiarkan terbaik untuk pindahkan Ayah ke ICU RS Unair agar lebih optimal dalam penanganannya.

Akhirnya pindah dan semalam kembali Mas Alfi nelpon  ; Ustadz, Ayah saturasinya 98 tapi nafas dan fisiknya sudah sangat lemah…kita harus ikhlaskan kondisi terbaik menurut Allàh.

Menjelang shubuh, dapat kabar Innálillàhi wa inná ilaihi Ràji’ún H Sugeng berpulang di hari kamis mubárok ini, semoga beliau syahid dalam wabah pandemi covid yang semakin tak menentu ini…

رحمه الله رحمة واسعة واسكنه فسيح جناته…

Saya-pun ‘diam membisu’, setelah shubuh, ngaji dan isyràq saya ingin membuktikan bahwa kabar sebelum tadi adalah mimpi….ternyata qaddarulláh H Sugeng benar-benar telah berpulang. Sebelumnya awal pekan ini, cucu laki-laki, putra ke empat Mas alfi telah lahir dengan selamat dan sehat.

Selamat jalan Pejuang

Bhaktimu telah usai dengan gemilang

Semoga tenang dan senang

Di sisi Alláh Sang Maha Penyayang