Pegiat media sosial (medsos) Denny Siregar mempunyai sifat jahat dan bangsat menggiring opini adanya taliban di KPK padahal bertujuan untuk menyingkirkan orang-orang berkredibilitas di lembaga antirasuah.
“Betapa bangsatnya @Dennysiregar7 ini menggiring opini followernya yang tolol2 untuk menghancurkan kredibilitas orang2 baik yg sekarang tersingkir,” kata Azwar Siregar di akun Twitter-nya @azwarsiregar.
Menurut Azwar Siregar, orang-orang Taliban di KPK yang dituding Denny Siregar itu beragama Islam, Kriten, Budha. “Setelah menonton The End Game-nya KPK garapan Watchdoc, saya akhirnya menyadari, Taliban versi Indonesia ada yang Kristen dan Budha,” ungkapnya.
Mantan juru bicara KPK, Febri Diansyah juga ikut berkomentar terkait isu Taliban. Febri menduga serangan isu Taliban dilancarkan ketika KPK tengah mengusus kasus korupsi besar yang melibatkan sejumlah menteri pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
“Kayaknya isu Taliban dengan video tahun 2019 sebelum demo mahasiswa dimunculin lagi. Berbarengan dengan mulai menghangatnya penanganan kasus korupsi Bansos Covid-19. Masih laku ‘jualan’ isu Taliban di KPK?,” kicau Febri lewat akun Twitter @febridiansyah.
Sebagaimana yang diungkap oleh Pendiri Drone Emprit (DE), Ismail Fahmi. Berdasar riset DE, gerakan pelemahan KPK didukung oleh adanya pasukan siber yang masif melakukan serangan terhadap gerakan penolak revisi. Tagar-tagar yang melemahkan itu antara lain berbunyi KPK adalah #KPKdanTaliban, #KPKPatuh Aturan, #KPKCengeng dan sebagainya.
“Tagar KPK Taliban telah sempat berhasil membuat publik ragu kepada KPK dan mencurigai lembaga antirasuah itu sebagai sarang radikalisme. Dalam uraiannya, DE menyimpulkan bahwa gerakan para akademisi yang melakukan kampanye Twitter secara sporadik kalah oleh tagar KPK Taliban yang jauh lebih masif dan sistematis. Ini membuat DE menyimpulkan terjadinya semacam fenomena matinya kepakaran alias the death of expertise,” tutup Widjayanto DKK dalam buku Menyelamatkan Demokrasi (2020).