Tuduhan Radikalisme, Kotori Nuansa Sambut Ramadan

Tak Berkategori

Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)

Sangat disesalkan nuansa menyambut tibanya bulan suci Ramadhan yang semestinya disambut dengan penuh kegembiraan, tapi realitanya malah disambut dengan kotoran yang menjijikkan berupa tuduhan radikalisme yang tak urung membuat kegaduhan baru.

Kegaduhan yang ditimbulkannya akibat isu murahan soal radikalisme yang belum jelas definisi keradikalannya. Kejadian yang bukan hanya membuat kegaduhan baru, tapi kejadian yang cukup menjijikkan atas pembatalan gelaran kajian online Ramadhan.

Lebih menjijikkan lagi, bukan hanya gelaran kajiannya yang dibatalkan, tapi juga berimbas pada pencopotan jabatan bagi pejabat yang menjadi penanggung jawab gelaran kajian. Alasan pencopotannya, belum ada izin direksi dan isu radikalisme.

Sepakat dengan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, Muhyidin Junaidi yang menilai pembatalan dan pencopotan pejabat Pelni merupakan arogansi kekuasaan yang melukai perasaan ummat. Bahkan menurut penulis, bukan hanya bentuk arogansi kekuasaan saja, tapi sudah merupakan paranoid yang berlebihan dari para pemangku kekuasaan atas adanya hantu yang diberi nama radikalisme yang tak jelas wujudnya yang telah direkayasanya sendiri.

Hantu radikalisme yang merupakan halusinasi kekuasaan yang dianggap si perekayasa sangat berbahaya dibanding tikus-tikus berdasi yang mengkorup uang rakyat. Padahal koruptor yang diistilahkan dengan tikus-tikus berdasi lebih berbahaya. Istilahnya saja “tikus” tentu hidupnya tidak jauh di seputar got-got yang kotor dan menjijikkan.

Kejadian pembatalan gelaran kajian online Ramadan dan pencopotan para pejabat yang menangani gelarannya di PT. Pelni yang notabene merupakan PT plat merah ini, semoga tidak menular virus paranoidnya ke PT-PT plat merah lainnya. Karena yang namanya radikalisme bak hantu yang tak berwujud, hanya merupakan isu murahan dan menjijikkan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News