Pak Amien, Allah Masih Mengasihimu

By : Baroroh Barid

Tak henti-hentinya Allah menunjukkan rasa sayangNya kepadamu dengan mengujimu… sejak masa reformasi hingga kini hujatan itu seolah tak pernah berhenti. Andai para penghujat itu tahu klo hujatan itu justru akan meluruhkan dosamu, atau mereka juga tahu kalau dengan hujatan itu dosamu akan dipikulkan ke pundak mereka sementara kebaikan yang ada pada mereka akan ditransfer menjadi hakmu… hingga mereka akan kembali kepada Allah sebagai orang yang bangkrut, pastilah mereka akan menyesal. Hujatan, tuduhan, fitnahan yang bertubi-tubi baik itu di media sosial maupun media formal, hal itu sebagai bukti bahwa Allah masih mengasihimu pak Amien.

Masih terpatri dalam ingatanku 20 tahun yang lalu usai reformasi seiring kegagalan sebuah partai yang tidak berhasil menempatkan tokohnya untuk menduduki kekuasaan pemerintah tertinggi, mungkin sebagai rasa kesal media menulis dengan kejamnya membuat opini bapak dikaitkan dengan kehamilan ratu extasy. Ada juga media mingguan yang membuat sampul depan dengan gambar bapak yang ditampilkan sebagai drakula yg menghisap darah manusia. Tapi bapak tidak mensomasi atau marah sementara aku yang melihatnya saja rasanya tidak terima, hingga pada akhirnya tabloid itu sendiri yang mungkin bangkrut dan hilang dari peredaran.

Masih juga kuingat cerita usai reformasi, bagaimana dulu bapak dihadang di Surabaya ketika akan mengisi pengajian di Madura. Mereka beramai ramai mensweeping angkot dengan membawa senjata tajam hanya untuk mencari seorang Amien Rais. Tetapi mungkin urat nadi takut bapak sudah putus meski nyawa di ujung tanduk hingga tak gentar menghadapi aral yang melintang. Bapak tetap meneruskan perjalanan subuh di pagi hari dengan  bonceng sepeda motor setelah bermalam di rumah Ketua Wilayah Muhammadiyah Jatim di Surabaya. Dan atas lindungan Allah bapak sampai Madura dengan selamat. Dan masih banyak cerita lain yg terpatri di memori tentang keheroikan bapak ketika menghadapi ancaman.

Hujan hujatan kali ini memaksaku untuk menggali memoriku tentang bapak. Memori yang mungkin tidak pernah ada di benak para penghujat karena telah tertutupnya hati mereka.

Mungkin karena puasa daud yang bapak lakukan dan kedekatan bapak kepada Allah yang membuat bapak tidak pernah merasa takut. Di saat orang lain tiarap dan takut dengan penguasa bapak justru dengan lantang meneriakkan reformasi dan ada di barisan depan sendiri. Di saat org lain diam seribu bahasa saat Indosat dijual oleh ibunda, bapak justru berteriak dimana mana jika hal itu berbahaya untuk negara. Itulah bapak dengan segala keberaniannya…

Sebenarnya jika mau jujur mengakui, ada fakta yg tdk bisa dipungkiri. Yaitu jika saat ini semua orang punya kesempatan berkuasa termasuk presiden sendiri, hal itu adalah buah dari reformasi yg dipimpin oleh seorang Amien Rais yang kini mereka benci.

Kebenaran… tetaplah kebenaran. Jika saat ini ada orang dan media yang menghujat bapak, mungkin karena mereka sakit jiwa atau sakit hati hingga tak perlu dilayani. Jika bapak buruk saya berani mengatakan mereka belum tentu lebih baik dari bapak…

Sebagai warga Muhammadiyah kami mempercayai dan mendukung bapak. Karena engkau adalah bapak kami. Dan sebagai anak yang dibesarkan di keluarga Muhammadiyah, sejak kecil kita selalu dididik untuk peduli sesama hingga rasanya tidak mungkin kalau kita akan tega merugikan orang lain apalagi negara.

Pak Amin, Laa tahzan innalloha ma ana. Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.