by M Rizal Fadillah
Pengukuhan politik dinasti dengan dugaan kuat Gibran dicanangkan untuk menjadi Gubernur DKI, sebagaimana perjalanan sang ayah dahulu, mengakibatkan pemaksaan Pilkada serentak agar dilaksanakan tahun 2024. Mayoritas partai politik sudah terbeli secara politik untuk menyetujui penggagalan revisi UU Pemilu.
Yang paling ditakuti Gibran dan juga kandidat lain untuk Pilgub DKI adalah Anies Baswedan. Karenanya mutlak harus tidak ikut sebagai kontestan. Jika Pilgub dilaksanakan tahun 2022 sesuai rencana revisi, maka dipastikan Anies akan bertarung dalam Pilgub 2022 dan diprediksi menang dengan mudah. Gibran kehilangan harapan.
Dengan upaya Jokowi untuk mengatur pelaksanaan Pilgub pada tahun 2024, dipastikan Anies akan bertarung untuk Pilpres. Sementara lawan Gibran di Pilgub DKI relatif bisa diatur sebagaimana dalam Pilwalkot Solo yang lalu. Gibran dirancang sebagai Gubernur DKI dan bersiap-siap untuk Pilpres 2029 nanti.
Skenario kepentingan politik dinasti ini memungkinkan Pemilu 2024 akan berujung kacau atas dasar :
Pertama, tingkat kesulitan akan jauh lebih berat dibanding Pemilu 2019. Pada gabungan Pilpres dengan Pileg saja korban tewas mencapai 700 orang lebih. Apa yang terjadi dengan gabungan Pilpres, Pileg, dan Pilkada ? Korban akan semakin besar.
Kedua, motif untuk menggoalkan Gibran menjadi Gubernur DKI akan menghadapi perlawanan publik yang keras. Jauh lebih berat dibandingkan dengan rekayasa sukses Pilwalkot Solo. Gibran bukan tokoh politik yang alami. Ini Jakarta, mas !
Ketiga, Pilpres dengan Presidential Treshold 20 % menyebabkan polarisasi tajam kembali. Pilgub DKI dan Pilkada lain pasti juga sangat seru. Gabungannya bisa berdarah-darah. Diprediksi bakal menjadi Pemilu yang paling brutal dalam sejarah. Sementara Jokowi sebagai pengendali dalam posisi yang tidak ajeg akibat babak belur bertahan sampai 2024.
Keempat, indikasi terjadi kecurangan pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 yang menghasilkan Jokowi sebagai Presiden merupakan pengalaman buruk. Pada Pilpres, Pileg, dan Pilkada 2024 di bawah kendali kepemimpinan Jokowi maka sukses curang dapat terulang. Reaksi atas perulangan kecurangan dipredisi lebih gigih dan kuat.
Pemilu 2024 yang didasarkan pada niat buruk, akan menjadi Pemilu paling kacau, paling brutal, dan paling curang dalam sejarah. Bukan demokrasi yang ditampilkan tetapi mobokrasi. Para gerombolan yang bertarung dan saling memangsa.
Semua kondisi buruk Pemilu 2024 dapat terelakkan jika Pemerintahan Jokowi lengser sebelum tahun 2024. Jokowi mengundurkan diri atau dimakzulkan secara konstitusional.
Maka selamatlah bangsa Indonesia.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 17 Februari 2021