Ini Skema Amerika Menghisap Keringat Penduduk Dunia

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Uang selain sebagai alat pembayaran, satuan penyimpanan nilai, media pertukaran barang dan jasa, juga telah menjadi komoditi terpisah. Uang, telah menjadi komoditi untuk diperjual belikan yang keluar dari fungsi utamanya.

Suatu Negara akan mencetak uang kertas (Fiat Money), dengan memperhitungkan produk barang dan jasa yang dihasilkan negara tersebut. Jika Negara, lebih banyak mencetak uang ketimbang barang dan jasa yang diproduksi, maka uang yang beredar akan lebih banyak ketimbang barang dan jasa yang beredar di pasaran. Akibatnya, akan terjadi inflasi dimana nilai uang berkurang karena lebih banyak uang beredar daripada barang dan jasa.

Sebaliknya, Jika Negara, lebih sedikit mencetak uang, padahal produksi barang dan jasa melimpah, maka uang yang beredar akan lebih sedikit ketimbang barang dan jasa yang beredar di pasaran. Akibatnya, akan terjadi deflasi dimana nilai uang menjadi lebih mahal karena lebih banyak barang dan jasa beredar daripada uang. Kondisi ini juga akan menyulitkan pertukaran barang dan jasa di pasar.

Karena itu, pencetakan uang benar benar harus memperhatikan jumlah barang dan jasa yang diproduksi suatu negara. Semakin besar produksi, harus diimbangi pencetakan uang baru agar mampu melayani dan menjadi media pertukaran barang dan jasa yang beredar di pasar.

Amerika, dalam mencetak dolar juga terikat dengan hal ini. Yakni, Amerika harus mencetak uang dengan dikaitkan kemampuan produksi Amerika. Ini untuk menjamin, bahwa uang dolar Amerika dapat digunakan untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang diproduksi Amerika.

Hanya saja, Amerika dapat mencetak uang karena alasan lain, yang tak terikat dengan produksi barang dan jasa yang diproduksi Amerika. Ini semua, karena Amerika mampu memaksa transaksi internasional khususnya transaksi antara dua negara atau lebih, transaksi dalam aktivitas ekspor impor yang wajib menggunakan dolar Amerika.

Hal ini, menyebabkan Amerika untung beliung, dengan mencetak dolar tanpa terikat dengan produksi barang dan jasa di Amerika. Namun, hanya cukup dengan memperhatikan kebutuhan dolar dalam sejumlah transaksi internasional antara negara.

Contohnya : jika Malaysia dan Indonesia melakukan aktivitas ekspor import menggunakan dolar, dengan jumlah x folume barang. Maka dua negara ini membutuhkan dolar dengan jumlah x dolar. Jumlah dolar ini tidak bisa dicetak oleh Malaysia maupun Indonesia, namun harus dibeli dari Amerika selalu penerbit dolar.

Amerika tinggal mencetak dolar dengan modal sangat rendah, dan menjualnya kepada Malaysia dan Indonesia. Semakin banyak transaksi eksport import Malaysia dan Indonesia, akan semakin banyak membutuhkan dolar, dan Amerika tinggal mencetak dan mengedarkannya (menjualnya).

Itu artinya, Amerika selain memperhatikan produksi dalam negeri juga memperhatikan jumlah transaksi internasional yang menggunakan dolar. Lalu, Amerika tinggal mencetak dolar berdasarkan kebutuhan dunia.

Setiap negara melakukan transaksi ekspor impor mengunakan dolar, itu sama saja otomatis memberikan keuntungan kepada Amerika. Karena Amerika akan mendapatkan untung beliung, dari aktivitas pencetakan dolar dan menjualnya kepada dunia. Aktivitas ini sama saja Amerika memeras keringat dunia, untuk setor keuntungan dari penggunaan dolar dalam transaksi mereka

Sadar akan hal itu, Eropa telah menendang dolar Amerika dan menggunakan euro untuk transaksi perdagangan antara negara uni Eropa. Amerika kehilangan banyak keuntungan dari terbitnya euro di uni Eropa ini.

Untuk menghentikan penghisapan ekonomi dunia dari keganasan dolar Amerika ini, maka dapat ditempuh dengan cara :

Pertama, perdagangan antar negara dilakukan dengan teknik barter. Yakni, sejumlah import komoditi dibayar dengan ekspor komoditi tertentu, dengan nilai yang dianggap sepadan dan disepakati oleh para pihak.

Dengan cara ini, negara negara tak membutuhkan dolar dalam transaksi perdagangannya. Otomatis hal ini akan menendang dolar dari pasar.

Namun, cara ini memiliki kelemahan. Yakni, tidak selalu kebutuhan import bisa diimbangi dengan eksport. Tidak semua barang ekspor dibutuhkan negara yang komoditi nya diimport. Dan sulitnya membuat kesetimbangan dan kesepakatan atas nilai impor dan ekspor yang mampu difasilitasi dengan mekanisme barter.

Kedua, sejumlah negara dalam komunitas tertentu menerbitkan uang bersama untuk melayani transaksi perdagangan ekspor impor diantara mereka. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Uni Eropa dengan mata uang euro.

Di uni Eropa, dolar Amerika ditendang. Sehingga, Amerika tak mampu mencuri sejumlah keuntungan transaksi bisnis antara negara uni Eropa melalui dolar nya.

Cara ini juga ada kelemahan, selain tidak bersifat universal bagaimanpun fiat money (uang kertas) apapun bentuknya dan digunakan negara manapun, tetap memiliki kelemahan sebagaimana banyak dikaji pakar ekonomi.

Ketiga, dunia kembali pada sistem uang yang berbasis Dinar dan Dirham (emas dan perak). Dengan begitu, Negara tak membutuhkan dolar dalam melakukan transaksi, sehingga dolar akan ditendang dari peredaran.

Emas juga bersifat universal, bukan hanya uni Eropa, seluruh dunia menerima emas sebagai alat pembayaran. Karena emas dan perak memang memiliki nilai intrinsik.

Cara ketiga ini paling ampuh dan paling adil, karena tidak ada otoritas negara yang bisa mencetak emas dan perak sekehendak hati seperti mencetak uang kertas. Pertumbuhan emas dan perak dunia berbanding lurus dengan pertumbuhan produksi barang dan jasa dunia, sehingga penggunaan emas dan perak sebagai standar uang, tidak akan menimbulkan devaluasi baik deflasi maupun inflasi.

Hanya saja, sistem ini butuh negara inti yang mengadopsi dan memperkenalkan kepada dunia melalui sejumlah transaksi perdagangan. Itulah negara Khilafah, negara yang menetapkan Dinar dan Dirham sebagai mata uang, kelak akan berinteraksi dan bertransaksi dengan dunia, dan pada akhirnya karena keunggulan Dinar dan Dirham ketimbang Fiat Money, atas kesadaran Dunia, otomatis dunia akan kembali pada sistem uang berdasarkan emas dan perak dan menendang dolar Amerika dari transaksi perdagangan internasional.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News