Tokoh Nahdatul Ulama (NU) Nuril Arifin atau Gus Nuril memperingatkan Syekh Ali Jaber agar tidak ikut berkomentar dan menyalahkan aparat kepolisian terkait penembakan 6 laskar Front Pembela Islam (FPI) di tol Jakarta-Cikampek Senin pekan lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Syekh Ali Jaber mendoakan 6 laskar FPI itu sebagai syuhada karena kematian mereka dalam rangka mengawal Ulama.
“Dia mengucapkan dan berdoa kepada orang yang mengawal Rizieq Shihab kemudian terjadi kontak senjata, sebagai syuhada, sebagai pembela Ulama, ini harus diluruskan dulu,” ujar Gus Nuril melalui sebuah video yang beredar, Senin (14/12/2020).
Gus Nuril meminta Ali Jaber yang berasal dari Madinah Arab Saudi agar tidak mencampur urusan politik Indonesia. Sebab, Ali Jaber sendiri baru beberapa tahun menjadi Warga Negara Indonesia.
“Saya minta saudara Ali Jaber untuk tidak mencampuri urusan Politik di Indonesia, karena anda tidak paham tentang sejarah bangsa ini. Anda baru saja masuk sebagai WNI, itu pun tidak jelas motivasi anda apa,” kata Gus Nuril.
Lebih lanjut Gus Nuril mengatakan, boleh mendoakan 6 laskar FPI itu, akan tetapi Ali Jaber tidak pautut menyalahkan pihak aparat penegak hukum.
“Boleh-boleh saja, sah-sah saja mendoakan untuk seseorang. Tetapi dengan menempatkan seolah-olah pihak kepolisian sebagai tersangka yang melakukan penzaliman kepada warga negara, ini terlalu sembrono,” kata Gus Nuril.
Dia mengatakan, Ali Jaber harusnya sadar dan tidak mau dijadikan oleh kelompok tertentu sebagai corong. Sebab Gus Nuril menduga dibalik kasus ini ada upaya makar.
“Anda harusnya tanya dulu, jangan kemudian Anda dijakan corong oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang sesungguhnya di belakang kasus ini adalah upaya makar,” katanya.
Gus Nuril mengatakan, sebagai seorang Syekh yang dianggap sebagai guru yang keilmuannya didengar, tak sepantasnya Ali Jaber mencampur urusan politik di Indonesia.
“Sekali lagi, Syekh Jaber, kalau kepengen masuk sebagai warga negara Indonesia, jadilan WNI yang baik, tetapi jangan seolah-olah kemudian anda sudah paham dengan persoalan yang ada di Indonesia ini kemudian menghakimi anak kandung rakyat yang bernama TNI dan kepolisian,” katanya.