Hagia Sophia Jadi Masjid, Akademisi Arab Saudi: Langkah Politis Erdogan & Mendistorsi Sejarah

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan langkah politis dengan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.

“Pemerintah Edogan adalah contoh nyata dari pemerintahan yang mendistorsi sejarah untuk melayani kepentingan politiknya,” kata Akademisi Arab Saudi/Profesional Media, Menulis untuk Arabnews, Talal Al-Torifi dikutip dari Republika Online dari judul “Apakah Perubahan Hagia Sophia Mewakili Muslim Dunia?”

Menurut Talal, langkah Recep Tayyip Erdogan ini adalah untuk memenangkan satu kelompok Muslim namun menyembunyikan kenyataan yang jauh dari semangat Islam.

Talal mengatakan, Hagia Sophia adalah gereja Kristen yang dibangun antara 532 M dan 537 M pada masa pemerintahan Kaisar Justinian I. Namun Mehmed II mengubah gereja itu menjadi masjid.

Buku-buku sejarah sepakat bahwa Mehmed II, ketika ia pertama kali memasuki kota, telah memerintahkan untuk mengubahnya menjadi masjid dan mengadakan sholat pertama di dalamnya.

“Ini jelas bertentangan dengan instruksi untuk menghormati Ahli Kitab sebagaimana dikutip dalam surat Nabi Muhammad dan penggantinya,” ungkap Talal.

Hagia Sophia adalah gereja Kristen yang dibangun antara 532 M dan 537 M pada masa pemerintahan Kaisar Justinian I. Namun Mehmed II mengubah gereja itu menjadi masjid.

Buku-buku sejarah sepakat bahwa Mehmed II, ketika ia pertama kali memasuki kota, telah memerintahkan untuk mengubahnya menjadi masjid dan mengadakan sholat pertama di dalamnya.

Ini jelas bertentangan dengan instruksi untuk menghormati Ahli Kitab sebagaimana dikutip dalam surat Nabi Muhammad dan penggantinya.

Kata Talal, banyak sejarawan, baik orang Turki atau orang Arab, menyebut langkah yang dilakukan Mehmed II itu peristiwa ini dengan bangga, meski tidak mencerminkan moral Islam.

Menurut Talal, Erdogan berusaha memenangkan hati Muslim di seluruh dunia dengan mengadakan doa di Hagia Sophia dan mengubahnya menjadi masjid. Meskipun langkah seperti itu tidak mewakili nilai-nilai Islam, yang melarang paksaan dan penghinaan dari Ahli Kitab.

“Turki tidak memiliki hak untuk membuat keputusan seperti itu, berdasarkan undang-undang yang menjamin hak dan sentimen orang-orang di seluruh dunia. Ini tidak hanya didikte oleh hukum internasional, tetapi terutama oleh prinsip-prinsip Nabi Muhammad, para sahabatnya dan ajaran-ajaran Islam moderat sepanjang zaman,” ungkapnya.

Perubahan Hagia Sophia tidak mewakili kita sebagai Muslim di seluruh dunia, sama seperti kita berjuang melawan apa yang sedang dipromosikan oleh pemerintah Spanyol dalam kepemilikannya atas Masjid Cordoba.

“Tidak terbayangkan bagi siapa pun untuk menjual rumah Allah. Hagia Sophia dilihat oleh umat Kristen sebagaimana Masjid Cordoba dipandang umat Muslim,” pungkasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News