Megawati Soekarnoputri dan Kepala BPIP Yudian Wahyudi bisa dinilai Menyembunyikan agenda tersembunyi RUU BPIP karena tidak berani debat terbuka dengan Direktur Habib Rizieq Center (HRS) Center Abdul Chair Ramadhan.
Demikian dikatakan pengamat politik Achsin Ibnu Maksum dalam pernyataan kepada suaranasional, Sabtu (25/7/2020). “Harusnya Megawati dan Yudian menyanggupi debat terbuka itu,” ungkapnya.
Kata Achsin, publik ingin mengetahui argumentasi Megawati terkait RUU BPIP sehingga pihak DPR begitu menerima draf RUU dari pemerintah. “RUU BPIP sebagai pengganti RUU HIP harusnya melalui kajian akademik terlebih dulu. Tidak bisa tiba-tiba RUU BPIP menggantikan RUU HIP,” jelas Achsin.
Menurut Achsin, ajakan debat terbuka Direktur HRS Center Abdul Chair itu sangat cerdas di tengah polemik RUU BPIP. “Apalagi debatnya 1 lawan 2 (Megawati dan Yudian Wahyudi) dan tidak bisa diwakilkan,” pungkasnya.
Direktur HRS Center, Abdul Chair Ramadhan, menantang Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri untuk berdebat terbuka.
Selain Megawati selaku Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), debat tersebut juga dilayangkan kepada Kepala BPIP, Yudian Wahyudi.
Abdul Chair Ramadhan merasa perlu melayangkan debat terbuka itu kepada keduanya menyikapi adanya desakan masyarakat yang menuntut pembubaran BPIP.
“Debat terbuka ini dipandang penting di tengah desakan masyarakat luas menuntut pembubaran BPIP,” kata Abdul Chair lewat media sosial Twitter yang diakses pada Kamis (23/7/2020).
Abdul Chair menambahkan, adanya rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila dan RUU Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang kontroversial menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Kegaduhan itu bahkan masih terasa dan berkelanjutan hingga kini. Karenanya, ia menantang debat kepada dua pejabat di BPIP tersebut.