Anak Komunis Bermetamorfosa Palsu, Kemana Anak Asli Pancasila?

Komunis mengurusi Pancasila adalah omong kosong. Titik. Partai komunis telah dibubarkan dan ternyata ancaman kembali datang dengan wajah baru.

Partai boleh mati tapi mata rantai keturunan selalu mengintai. Ini saatnya para petinggi pelindung Negeri meregristasi ulang data arsip nasional dan intelejen untuk diwaspadai.

Tanda-tanda bahaya laten komunis yang memakai strategi hasut, kacaukan dan hancurkan semakin memperlihat kan gelagatnya, walaupun berusaha main cantik.

Diranah publik mereka terlihat seakan tidak terhubung satu dengan lainnya. Tapi pola saling dukung terlihat semakin masif khususnya melalui media sosial dan penempatan diberbagai posisi strategis politik, ekses bagi jatah hasil mendukung kekuasaan yang menjadi titik tumpu mereka untuk merajalela dengan senyap.

Membiarkan hal ini setahun dua tahun lagi maka niscaya pelemahan Pancasila dan persatuan NKRI dapat terkoyak. Bagi Komunis lebih baik sekalian membubarkan suatu kekuatan ideologi yang berarti pecah belah Negara asal mereka bisa cuci noda kotor berlumuran darah dimasa lalu.

Membangun ulang kekuatan PKI adalah misi yang tidak pernah mati bagi pengikut aliran komunis dimanapun berada. Kolaborasi bawah tanah dengan negara sepaham sangat dimungkinkan terjadi.

Para keturunan komunis ini banyak memanfaatkan kaum muda bangsa dengan tidak pernah menyebut komunisnya. Seolah mengalir biasa hidup sehari-hari padahal diam-diam membangun persepsi untuk memusuhi suatu kelompok dengan tendensius menyebut sebagai intoleran, radikal dan mulai turunkan ajaran kebebasan bahwa agama bukan hal penting.

Alhasil ajakan menjadi pelopor perubahan bangsa dengan kebebasan moralitas sebagai hak individu semakin masif didengungkan.

Dan yang tidak kalah liciknya adalah strategi mendukung para pendukung kebijakan-kebijakan pemerintah seakan mereka di kelompok yang sama, padahal kamuflase.

Potensi percepatan kontaminasi penyusupan ideologi komunis ini semakin tinggi manakala ada dendam kebencian yang tak terselesaikan terhadap institusi AD dalam penumpasan seluruh kekuatan PKI termasuk afialiasi-afiliasinya. Padahal mereka yang memulainya dengan keji sebagaimana sejarah mencatatnya.

Maka dalam suatu peperangan yang menyangkut ideologi maka dendam kesumat jauh lebih tinggi dan berbahaya ketimbang kekalahan perebutan teritorial. Dalam konteks ini sangat dimungkinkan adanya keturunan senyap dengan tugas sumpah membalas dendam secara senyap pula.

Kelemahan sistem kependudukan dimasa lalu dan mungkin masih berlangsung hingga saat ini adalah peluang emas para pewaris tersumpah ini untuk menjalankan misinya.

Diangkatnya Ribka Tjiptaning yang frontal mengaku anak PKI menjadi Ketua Panja RUU HIP yang sarat dengan kemurnian Pancasila meredam dan menolak paham komunis dapat memperlihatkan gelagat nyata penghinaan terhadap Pancasila itu sendiri.

Heboh terbongkarnya fans PKI bernama Iman Brotoseno sesaat diangkat sebagai Dirut TVRI adalah indikasi fakta adanya benang merah dalam kesenyapan membangun pilar komunis dimasa pemerintahan ini.

Kemungkinan besar pemerintah tidak menyadari hal ini dan hanya sebagai ‘tanda terima kasih’ kepada para pendukungnya di pilpres kemarin tanpa selektif lagi.

Tetapi bila sudah masuk suara publik, seyogianya pemerintah wajib memperhatikan dengan seksama tanpa pasang harga mati menolak segala potensi kehadiran komunisme Indonesia wajah baru ini. Belum terlambat untuk ditinjau ulang bagi posisi kedua kontroversial ini.

Sangat penting agar kesan pembiaran jangan berubah jadi kesan pembauran Komunis dengan Pancasilais. Ini mustahil. Sejarah berulang kali membuktikannya.

Anak komunis telah bermetamorfosa seakan pengawal Pancasila tapi penuh kepalsuan, kemana anak asli Pancasila…

Adian Radiatus

Simak berita dan artikel lainnya di Google News