Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyatakan belum mampu menyerap orang-orang telah menyelesaikan sertifikasi peningkatan keterampilan lewat pelatihan online program Kartu Prakerja.
“Belum (diskusi). Kebanyakan asosiasi coba bergerak supaya ada kebutuhan tertentu yang disiapkan. Untuk menyerap kami belum bisa tahu karena industri sedang survival mode,” ungkapnya pada Sabtu (2/5).
Shinta menyebut Apindo memang pernah dimintai pendapat oleh pemerintah mengenai standar yang dibutuhkan industri demi menyerap tenaga kerja yang mengikuti program kartu prakerja.
Dia bilang saat itu belum ada wabah virus corona. Program pelatihan pun rencananya dilakukan baik online mau pun secara vokasi.
Saat ini konteksnya telah berubah karena pelatihan dilakukan secara daring di tengah pandemi Covid-19. Menurut Shinta, kebanyakan yang menerima manfaat merupakan mereka yang mengincar bantuan tunai Rp600 ribu per bulan sehingga pelatihan tak lagi menjadi fokus utama.
Dia juga sempat melihat sejumlah opsi pelatihan aneh. Namun, ia menganggap pilihan tersebut diberikan agar seluruh kebutuhan pasar dapat terpenuhi.
Berdasarkan pengalamannya di dunia bisnis dan usaha, ia menyarankan pemerintah untuk mengarahkan pelatihan ke permintaan yang akan banyak dibutuhkan, yaitu informasi, teknologi, dan komunikasi (ICT).
“Permintaan akan sangat tinggi, itu dasar yang bisa menambah skill pekerja kalau ada ICT,” katanya.
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Antonius J Supit bilang bahwa pelatihan secara online tak dapat disamakan dengan vokasi yang dihilangkan sementara dalam program kartu prakerja selama pandemi virus corona.
Atas dasar itu ia menilai tak cocok jika pelatihan daring diberikan saat ini. Bahkan, menurutnya, saat ini para pendaftar kartu prakerja hanya melihat pelatihan yang ada sebagai ‘formalitas’ demi mendapatkan insentif Rp600 ribu per bulan.
Menurut Antonius sebaiknya bantuan diberikan dalam bentuk tunai (BLT).
“Kalau vokasi sangat jelas ada praktek kerjanya, kalau ini hanya belajar melalui internet barang kali cocoknya untuk entrepreneurship. Dengan pelatihan singkat ini apa yang mereka dapatkan?” ucapnya.
Dia pun belum bisa komentar banyak jika standar yang ada saat ini dapat menjadi titik jual para peserta. Dia mengaku memilih menerima kembali karyawannya yang dirumahkan dibanding mereka yang telah mendapat pelatihan kartu prakerja.
“Saya belum lihat (jenis-jenis pelatihan), orang masih pusing saya mikirin bisnis sendiri yang lagi susah kok,” pungkasnya
(wel/wis/Cnnindonesia)