Santri dengan memakai kopyah lambang NU dengan membaca puisi ‘Paskah’ telah menginjak-injak Islam dan NU.
“Silakan (kalau) di luar, jangan pakai institusi NU. Mengapa harus memakai baju muslim dan perkopyah berlogo NU? Ini sama saja menginjak-injak Islam dan NU,” kata mantan Ketua PWNU DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) Prof Dr H Rochmat Wahab, Ahad (12/4/2020) dikutip dari duta.co.
Kata Rochmat, puisi Paskah yang dibaca santri tidak sesuai dengan aqidah Islam.
“Dan secara aqidah, jelas sekali materi dalam puisi yang dibaca itu, tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh NU dan para masyayikh,” tegas Prof Rochmat.
Jika yang membacakan itu (benar) santri dan santriwati, lanjut Prof Rochmat, maka sangat disesalkan terhadap orang atau institusi yang harus bertanggung jawab karena mengkoordinasikan pembacaan puisi ini dan pembuatan videonya. “Karena kegiatan ini secara langsung atau tidak langsung melakukan pemurtadan para santri. Yang sebenarnya harus dihindari,” jelasnya.
Masih menurut Prof Rochmat, sangat disayangkan belakangan ini, bahwa, dalam menafsirkan toleransi sejumlah ummat nahdliyin aktivitasnya sudah merusak aqidah. Kegiatan-kegiatannya sangat meresahkan warga NU, khususnya dan ummat Islam pada umumnya.
“Implementasi toleransi harus jelas mengikuti rambu yang ada, terutama dalam kehidupan muamalah. Banyak yang bisa dilakukan tanpa merusak aqidah, seperti membesuk orang sakit, takziah, menghadiri undangan resepsi pernikahan dll,” tambahnya.