Rezim Joko Widodo (Jokowi) diktator Dosen Fakultas Budaya dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sucipto Hadi Purnomo terancam dipecat tanpa alasan yang jelas.
Demikian dikatakan Mantan Ketua BEM, simpatisan BMKG dan Anggota LAPINGGO 82 Muhammad Hisyam Asyiqin dalam pernyataan kepada wartawan, Rabu (26/2/2020).
Sucipto Hadi Purnomo terancam dipecat dan dinonaktifkan gara-gara menulis di akun face booknya. Dia menulis, “Penghasilan anak-anak saya menurun drastis pada Lebaran kali ini. Apakah ini efek Jokowi yang terlalu asyik dengan Jan Ethes?”
Kata Muhammad Hisyam, Rezim Jokowi cukup diktator dan kurang manusiawi. Sebab, rezim ini tidak mau dievalusi dan dikritik, termasuk menteri pendidikan dan kebudayaan dan para insan akademika yang ada di Unnes.
“Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sepertinya kurang dewasa dan kurang wawasan ilmu pengetahuan dalam menyikapi persoalan tersebut di atas. Sebab, dunia pendidikan adalah dunia Ilmu Pengetahuan yang sarat dengan evaluasi dan kritik,” ungkapnya.
Menurut Muhammad Hisyam, Rektor Universtas Negeri Semarang (Unnes) seharusnya tidak menonaktifkan para dosen yang kritis. Sebab, biasanya dosen yang kritis itu dosen yang baik dan membawa kemajuan lingkungan Civitas Akademika.
Mengapa Rezim Jokowi begitu takut terhadap kritikan ? Padahal evaluasi dan kritikan yang disampaikan pada saat ini mengandung banyak kebenaran yang hampir mencapai 95 – 99 %. Contohnya, masalah pembuatan infrastruktur dari uang hasil utang ke Negeri China, penjualan BUMN tanpa perhitungan yang matang, perampokkan Asuransi Jiwasraya, Asabri, hutang luar negeri yang jorjoran, mengutamakan investor Asing asal Negeri China dan masih bantak lagi persoalan lainnya.
Ia meminta kepada para dosen di seluruh wilayah Indonesia, baik di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta agar tetap selalu mengevaluasi dan mengkritisi kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkesan ngawur, amburadul dan tanpa perencanaan yang baik dan matang di era kepemimpinan Jokowi.
“Para Dosen yang baik tidak boleh takut kehilangan pekerjaan dan rizki. Sebab, semuanya telah diatur oleh Yang Maha Agung dan Maha Kuasa, yakni Allah SWT,” paparnya.
Kepada para mahasiswa sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang, kata Muhammad Hisyam hendaknya memberikan support dan dukungan kepada para dosen yang kritis demi kebaikan dan kemajuan Indonesia mendatang.
“Mahasiswa harus dinamis, tidak apatis dan masa bodoh. Mahasiswa harus mengfungsikan dirinya sebagai agen berubahan sosial (agent of social change),” pungkasnya.