Kementerian Agama (Kemenag) bisa dinilai manipulasi Islam dengan menghalus materi perang di pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dari madrasah ibtidaiyah sampai aliyah pada 2020.
Demikian dikatakan pemerhati masalah keagamaan M Rizal Fadillah dalam pernyataan kepada suaranasional, Ahad (15/9/2019). “Rencana ini dinilai kontroversi dan kontraproduktif,” ujarnya.
Kata Rizal, penghapusan materi perang memunculkan berbagai masalah. Pertama, secara hakiki ini adalah mereduksi ajaran Islam itu sendiri sebab komprehensivitas ajaran termasuk “jihad bima’na qital”. Berperang adalah jalan agama melawan penindasan dan kedzaliman.
“Kedua, menghapus sejarah Islam. Tak dapat dipungkiri sejarah Islam dilengkapi dengan catatan emas peperangan menegakkan dan membela kebenaran. Rosulullah SAW adalah komandan tempur. Ingat Badar, Uhud, Khandaq dan lainnya,” ujarnya.
Kata Rizal, ketiga, toleransi salah kaprah. Bagaimana bertasamuh dengan agama lain dengan cara menipu kita sendiri. Harusnya difahami tentang makna perang dalam Islam yang tidak sembarang dalam memerangi agama lain.
“Keempat, sedemikian parah mental budak pada umat Islam. Kita kehilangan kepercayaan diri berhadapan dengan umat lain. Anak dan generasi mendatang dididik dengan mental “minderwardig” seperti ini sehingga sejarah pun harus dimanipulasi,” jelasnya.
Kelima, umat menjadi korban serangan musuh. Isu radikalisme dan intoleran telah memorakporandakan kekuatan umat. Ironinya justru yang menjadi sasaran adalah Madrasah. Tragis sekali.
Menurut Rizal, keenam, Kemenag yang seharus jadi benteng pembinaan umat Islam, telah menempatkan diri sebagai “perusak” Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
“Keliru dan tidak proporsional memaknai perang dan kejayaan Islam. Jiwa perang umat Islam telah memerdekakan Negara Indonesia,” ungkapnya.