Orang dungu yang menganggap gerakan 212 sebagai musuh negara bahkan dituding radikal.
“Saya ingin Presiden membaca teks sosial kita sebagai catatan historis. Supaya, dia tidak menjadi corong dari kepongahan global, atau kedunguan lokal dalam membaca politik. Itu yang bikin jengkel hari ini. Jadi, sinopsis kita diarahkan untuk menganggap 212 ini musuh negara,” kata Pengamat politik, Rocky Gerung dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tvOne, Selasa malam (30/7/2019).
Gerakan 212dinilai Rocky bukan sekadar pendukung salah satu calon kontestasi Pemilu.
Lebih jauh, Rocky menyatakan, 212 adalah sejarah yang berulang, di mana sebelumnya pernah ada Piagam Jakarta.
“Seolah 212 itu adalah permainan kemarin sore. Saya tidak melihat itu. Saya menangkap, ada roh yang jujur pada gerakan itu. Lepas dari kontroversinya,” kata Rocky.
Rocky menyatakan, gerakan 212 yang pernah populer pada Pilkada Jakarta adalah sebuah teks sosial. Berbagai kelompok disatukan untuk berimajinasi tentang bangsa ini.
Kata dia, telah lama Indonesia, berdebat tentang dasar negara yang tak kunjung selesai.
“Ngaconya adalah, seluruh konsep bernegara itu lalu disederhanakan sebagai ancaman, bahkan disebut istilahnya teroris. Dan, Presiden menyebutkan itu secara insinuatif,” paparnya.