Pegiat-pegiat literasi Kota Padangpanjang mengapresiasi komitmen Walikota Padangpanjang, H. Fadly Amran, B.B.A., Datuak Paduko Malano yang mengharapkan gerakan literasi di ‘Kota Serambi Mekah’ itu terus tumbuh dan digaungkan.
Walikota juga ingin iklim literasi di masyarakat semarak dan Pemerintah Kota Padangpanjang siap memberi penguatan kepada komunitas-komunitas baca (TBM) yang saat ini keberadaannya hampir merata di seluruh kelurahan di Kota Padangpanjang.
“Pemko dukung penuh keberadaan TBM, Pojok Baca, Ruang Baca dan sebagainya. Semoga dalam waktu dekat, bantuan buku dapat segera disalurkan ke TBM-TBM,” janji Walikota Fadly Amran didampingi Pejabat Sekretaris Daerah Martoni, S.Sos., M.Si., dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padangpanjang, Alvi Sena, S.T, M.T., dalam Pertemuan Terbatas bersama pegiat literasi pengelola TBM, Senin (8/4), di Ruang VIV Balaikota Padangpanjang.
Komitmen Walikota itu bagai angin segar bagi pegiat komunitas baca yang hadir. Efri Yeni dari TBM Bunda Denisa mengungkapkan, di TBM yang ia kelola sangat kekurangan buku, khususnya buku-buku anak usia dini. “Tidak hanya buku, kami juga tidak punya rak yang layak,” ujarnya.
Terbatasnya jumlah koleksi buku di TBM-TBM juga diakui Fitri Yani (TBM Pojok Baca Sahabat Bukit Tui), Dina Yarmawati, Sepriyadi (TBM Ruang Baca Rimba Bulan), Nini Yanti (TBM Anggrek Merah), dan Defri Yenni (TBM Saiyo).
“Selain minim buku, sebagian besar buku-buku di TBM dan perpustakaan sekolah juga sudah ketinggalan zaman, sebab tahun terbitnya sudah terlalu lama,” ujar Fitria Diane Pratiwi Syukri, salah seorang Pustakawan Sekolah di Padangpanjang.
Kurangnya jumlah koleksi buku di TBM, menurut Maryulis Max, pegiat literasi yang juga ASN di BKKBN, Pemko Padangpanjang sebaiknya dapat mengkondisikan buku-buku di perpustakaan kelurahan untuk dipinjam-pakai ke TBM-TBM.
“Seamatan saya, buku-buku di perpustakaan kelurahan tidak terbaca. Warga ke kantor kelurahan hanya jika ada keperluan saja. Selebihnya mereka tidak punya waktu ke kelurahan jika hanya untuk baca buku,” ungkapnya.
Jika buku-buku di perpustakaan kelurahan diberdayakan ke TBM, manfaatnya akan lebih besar, sebab di TBM selalu ramai anak-anak dan remaja. Mereka haus bahan bacaan.
Sementara Irzen Hawer, menginginkan agar di ruang-ruang tunggu pemerintahan, termasuk rumah sakit, kantor pos, PDAM, dan lainnya, disediakan Pojok-Pojok Baca. “Sambil menunggu keperluan yang diurus, warga bisa membaca buku,” kata penulis novel “Cinta di Kota Serambi” yang berdomisili di Kampung Manggis Padangpanjang.
Menyikapi uneg-uneg pegiat TBM, Walikota Fadly Amran meminta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padangpanjang dapat mengkondisikan penyaluran bantuan buku ke TBM-TBM.
“Kita anggarkan nanti, dan selama lima tahun ini, harus ada sekian ribu eksemplar buku yang disalurkan ke TBM-TBM,” kata Fadly.
Selain berkaitan dengan buku-buku, Fadli juga mengajak pegiat literasi untuk bersama-sama memviralkan TBM, sehingga masyarakat tahu apa saja kegiatan literasi di TBM.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padangpanjang, Alvi Sena, mengungkapkan, baru-baru ini Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padangpanjang mendapat Surat Edaran dari Menteri Dalam Negeri terkait dukungan program perpustakaan tentang literasi.
“Salah satu isinya adalah, Pemko wajib meningkatkan pengelolaan perpustakaan dari SDM dan kelembagaan dengan pendanaan memadai dan dialokasikan pada APBD, serta meningkatkan budaya literasi baik di lingkungan pemerintah kota maupun masyarakat dengan kegiatan yang memacu budaya literasi,” ucapnya. “Dengan begitu, mudah-mudahan harapan pegiat TBM bisa segera terealisasi,” kata Alvi Sena.
Sementara Koordinator Forum Pegiat Literasi (FPL) Padangpanjang, Muhammad Subhan, mengusulkan agar tokoh-tokoh Padangpanjang, baik dari kalangan pejuang, ulama, sastrawan, beberapa di antara mereka dapat dibuatkan lukisan wajah disertai narasi singkat riwayat hidup lalu disediakan spot menarik di taman-taman kota.
“Literasinya, generasi muda dikenalkan kepada sosok pejuang, ulama, sastrawan asal Padangpanjang yang telah mengharumkan nama kota ini. Di samping itu, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya,” ujar penulis novel ‘Rumah di Tengah Sawah’ itu.
Selain lukisan dan narasi tokoh yang bisa menjadi Objek Wisata Literasi, ia juga mengusulkan agar ada beberapa spot di sudut-sudut Kota Padangpanjang yang memajang ‘quote-quote’ inspiratif dari tokoh-tokoh tersebut. “Quote-quote itu menjadi nutrisi penyemangat masyarakat kota untuk optimis berkarya dan ikut membangun Kota Padangpanjang,” tambahnya. (rel)