Inovasi yang dilakukan Saeful Hakim (34) berbuah manis dengan mengubah limbah produksi tahu miliknya menjadi biogas untuk kebutuhan rumah tangga di Kp Ciputri RT 01 RW 08, Desa Langensari, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Awalnya, sejak berdiri 2015 lalu, limbah cair dari pabrik tahu SAE miliknya dibuang langsung ke sungai. Hingga akhirnya, ia ditegur kemudian diminta Satgas Citarum Harum untuk mengolah limbah tahunya pada 2018 lalu.
“Sejak dari situ saya mulai membangun instalasi pengolahan air limbah produksi tahu,” ujar Saeful di pabrik tahunya.
Ide pembuatan biogas ini ia mulai dari berselancar di internet. Ia mulai membeli alat dan merakitnya selama satu bulan di lahan parkir pabriknya. Ia mengaku proses ini menghabiskan sekitar Rp 30 juta.
“Tidak langsung jadi, ada proses yang harus ditempuh,” kata pria lulusan SMP itu.
Instalasi pengolahan limbah tahu itu bisa mengolah delapan ribu liter air limbah tahu yang dialirkan ke tanki penampungan bawah tanah sedalam tiga meter yang ditutup beton.
Sisa produksi tersebut diferementasi selama satu hingga dua minggu untuk menghasilkan gas methana.
“Paling bagus satu bulan, gas methana itu dialirkan melalui pipa kemudian langsung disambungkan dengan selang ke kompor di dapur untuk memasak,” ujarnya.
Setelah kenop gas dibuka, api baru bisa muncul setelah dipancing oleh korek. Saeful mengatakan, cara ini tidak berbahaya meskipun di bawah tanah yang dipijaknya ada gas dengan tekanan tinggi.
Api yang keluar dari kompor memang tidak terlihat stabil seperti kompor gas LPG, namun ketika dipakai untuk memasak daya panasnya tak kalah unggul.
Setelah disalurkan, hampir tidak tercium bau dari gas tersebut. “Tapi kalau lama-lama ya ada bau sedikit, tapi tidak terlalu menyengat,” katanya.
Rencananya, ia akan membagikan biogas ini ke tetangganya yang terdekat melalui sambungan pipa. Sementara ampasnya, digunakan untuk pakan ternak.
“Tetangga hanya tinggal menyiapkan pipa sambungan saja. Rencananya, paling hanya bisa menyambungkan untuk 5-10 rumah saja,” bebernya.
Menurut Saeful, ia kerap menggunakan biogas ini sebagai pengganti tabung gas LPG di rumahnya. “Lumayan, pengeluaran bisa ditekan hingga Rp 1 juta, biasanya kebutuhan dapur untuk sebulan pakai empat tabung gas ukuran 12 kg,” ujar Saeful. [detik]