Game Over Mas Joko Widodo

Joko Widodo atau Jokowi (IST)

Oleh:
M. Nigara,
Wartawan Senior
Mantan Wasekjen PWI

GAME OVER. Begitu selalu di layar video games setiap kita kalah dalam permain apa pun di komputer, internet, atau jenis permainan lainnya. Intinya game over artinya lagi, kita kalah.

Ini bukan soal debat ke-4, Sabtu (30/3) malam di hotel Shangrilla itu yang menurut banyak pakar menunjukkan kelas keduanya berbeda jauh. Dan, tidak sedikit pakar yang menyatakan Jokowi game over. Tapi ini soal kisah dramatis di Stadion Delta Sidoarjo, Jawa Timur.

Berulang kali, kubu 01 menyatakan Jatim adalah milik mereka, kecuali Madura. Tapi, Ahad (31/3) Prabowo dan Sandiaga Uno, paslon dengan nomer urut 02, membuktikan hal sebaliknya.

Kampanye Akbar di markas besar klub kebanggaan kota Lobster, Deltras FC, bukan hanya dipadati oleh selitar 200 ribu orang, tapi ada adegan dramatis.

Selain markas Deltras, Sidoarjo adalah teritorial NU. Artinya daerah yang seharusnya memberikan dukungan pada paslon lain. Tapi, Ahad itu Prabowo dan Sandi bukan hanya diterima, tapi juga didoakan dan disantuni.

Disantuni? Ya, saya sengaja tidak menggunakan istilah disumbang, tapi disantuni. Bagi saya jika disumbang, batasannya hanya diberikan. Tapi, jika disantuni, itu bermakna diberkahi, didoakan, dan diharapkan.

Prabowo dan Sandi sama sekali tak menduga itu akan terjadi. Bagi keduanya diberi sumbangan bukan hal baru. Sejak keduanya berkeliling, banyak sekali orang yang secara ikhlas memberikan sumbangan.

Ini saja sudah bisa kita jadikan bukti bahwa rakyat terpanggil untuk menyongsong perubahan. Tapi, di Stadion Deltras, orang berlomba-lomba mengeluarkan uang dari dompetnya dan ditaruh di kopiah Prabowo dan Sandiaga Uno. Ini bukan soal jumlah nominal, tapi keterpanggilan melukiskan keikhlasan. Keikhlasan menunjukkan harapan. Harapan selalu bermuara pada perubahan.

Jujur, begitu saya menerima video adegan-adegan itu dari sahabat saya Taufik Soekasah, mantan Sesmen Mensesneg di era SBY terakhir, air mata saya meluncur melintasi pipi. “Seratus ribu rupiah,” kata Prabowo sambil berjalan ke arah Sandi setelah menerima uang dari seorang peserta yang ada di kanan panggung.

Tidak jelas siapa orangnya karena kamera yang merekamnya dari hp atau akrab disebut video amatir. Maklum, kecuali tvone, mefia _main stream_ ogah meliput paslon 02. Mengapa begitu, saya tak mau mengungkapkannya, biar mereka semua bersaksi di akhirat nanti.

“Alhamdulillah,” sambut Sandi sambil mengangkat uang berwarna merah itu tinggi-tinggi. Tak lama, Prabowo dan Sandi terpaksa membuka kopiah mereka untuk menerima lembaran-lembaran rupiah dari para mereka yang ada di sekitar kiri-kanan panggung. Dan, Sandi pun menerima amplop berwarna coklat agak tebal, massa pun bersorak gembira.

Beda banget
Adegan ini sungguh dramatis, sungguh mengharu-biru. Adegan seperti ini belum pernah terlihat di kubu 01. Mungkin mereka juga tidak membutuhkan sumbangan dari rakyat, konon kabarnya dana yang mereka siapkan sudah ada dan jumlahnya juga sangat besar.

Selain itu, maaf nih, rakyat atau pendukungnya juga tidak mau memberi tapi menerima. Fakta ini terlihat dari beberapa adegan rebutan makanan, juga uang transport. Di Dumai misalnya, lagi-lagi video amatir menunjukkan di medsos, bahwa orang yang datang ke kampanye bukan orang setempat, tapi orang yang didatangkan dari daerah lain.

Sang wartawan amatir itu menjunjukkan deretan bus-bus mewah di kiri-kanan jalan. “Ini bukan orang Dumai, pendukung saja diimpor, apa lagi pangan,” katanya sambil terus bergerak di atas sepeda motornya. “Lihat, mereka membawa nasi bungkus,” katanya lagi.

Nah, di kubu 02, barisan bis jarang sekali terjadi. Sebaliknya, barisan mobil pribadi dan sepeda motor luar biasa banyaknya. Tidak ada juga orang yang datang menjinjing plastik-plastik berisi nasi bungkus.

Dari sana kita bisa memprediksikan bahwa yang datang ke acara Prabowo-Sandi bukan orang-orang bayaran. Mereka datang karena keikhlasan dan keterpanggilan. Mereka tidak diberi tapi memberi.

Masih mau membantah? Terserah. Mengapa semua itu terjadi? Semua tentu karena skenario Allah yang selalu indah.

Rakyat terpanggil dengan ikhlas, adalah bukti bahwa Allah yang Maha membolak-balikan hati manusia, telah menetapkan mereka untuk meraih perubahan. Dan berkali-kali kita diberi tanda bahwa perubahan itu pasti terjadi. Dari ucapan yang tidak sesuai dengan fakta hingga saling bertabrakan pernyataan di antara mereka. Semua adalah skenario Allah.

Jadi, tidak bermakasud takabur, demi Allah saya mohon ampunan-Mu ya Rabb.

Mas Jok, maaf juga ya, tampaknya the games is over.

Seperti dalam debat, petahana meminta kita tetap mampu menjaga persatuan dan persahabatan. Dan seperti mas Jok bilang, para elit hendaknya bisa memberi contoh yang baik, apa pun hasilnya. Begitulah yang kita harapkan, meski perubahan untuk menuju Indonesia yang Adil dan Makmur insyaa Allah akan menjadi kenyataan 17 April mendatang.

Aamiin.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News