Pidato presiden nomor urut 01, Joko Widodo di Stadion Kridosono Yogyakarta, Sabtu, (23/3) mendapat berbagai tanggapan dari banyak pihak. Sebagian besar menyayangkan ucapan tersebut keluar dari mulut seorang calon presiden yang notabene adalah kepala negara.
Dalam pidato selama lebih dari satu jam setengah di hadapan pendukungnya itu, capres petahana itu menegaskan tidak akan diam lagi.
Menurutnya, selama 4,5 tahun bertahan dan berdiam diri, kini ia akan melawan.
“Lho, pertanyaannya siapa yang mau dia lawan? Rakyatnya sendiri?” tanya koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungkharisma.
Menurut Lieus, sejak Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI dan maju menjadi Capres pada Pilpres 2014, ia mengenal Jokowi sebagai orang yang baik dan ramah. “Tapi kini pak Jokowi sudah berubah 180 derajat. Pernyataannya di Jogyakarta itu tanpa sadar telah menunjukkan sifat aslinya,” ujar Lieus lagi.
Menurut Lieus, tidak sepatutnya seorang calon presiden yang notabene masih menjabat sebagai presiden, mengeluarkan pernyataan seperti itu.
“Jika memang dia merasa difitnah, ya buktikan saja fitnah itu tidak benar,” katanya. Jadi, tambah Lieus, tidak usah berpidato di depan orang banyak yang cenderung memprovokasi massa.
“Sikap itu justru semakin menunjukkan pak Jokowi bukan seorang negarawan,” jelasnya.
Lieus tidak tau apakah proses Pilpres 2019 yang sedang berlangsung saat ini, dimana rakyat lebih mengelu-elukan pasangan Prabowo – Sandi membuat Jokowi stress atau depressi. Yang jelas, katanya, lontaran kemarahan pak Jokowi di Jogya itu semakin menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.
“Secara mental dan intelektual, dari pernyataan yang diucapkkan di Jogya itu ,terlihat jelas pak Jokowi belum matang dan tidak memiliki sikap seorang negarawan,” kata Lieus.
“Masak sih seorang presiden curhat dan ngomongin sakit hatinya di depan rakyat. Lha, kalau presidennya curhat sama rakyat, terus rakyatnya mau curhat sama siapa?” tanya Lieus.
Sikap Jokowi itu, ujar Lieus lagi, berbeda sekali dengan Prabowo yang bahkan bertahun-tahun difitnah dan diejek. Prabowo, kata Lieus, justru mengajak orang-orang yang memfitnah dan mengejeknya untuk bekerjasama sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka.
Seharusnya, kata Lieus, sebagai presiden pak Jokowi lebih bisa memendam persoalan pribadi itu hanya untuk dirinya sendiri.
“Yang diutamakan mestinya beliau mendengar curhatan rakyat. Dengarlah bagaimana para petani, pedagang, buruh, tukang beca, supir ojek hidup dalam tekanan karena subsidi dicabut dan harga-harga kebutuhan yang melambung tinggi. Bukan sebaliknya malah rakyat yang disuruh mendengar curhatannya,” tutur Lieus.
Apa yang diungkapkan Jokowi di Jogya itu, tambah Lieus, membuktikan bahwa Jokowi memang belum memiliki kemampuan untuk memimpin Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang sangat luas ini.
“Yah, kapasitasnya memang baru sebatas walikotalah. Jadi kamsia pak Jokowi, cukup satu periode aja ya,” jelas Lieus.