Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bisa bisa mengendalikan media arus utama atau mainstream, tetapi tidak bisa mengendalikan media sosial (medsos) seperti Twitter, Instagram dan Facebook.
“Kita bisa kendalikan media mainstream, media sosial tidak bisa dikendalikan. Mau tidak mau harus kita hadapi perubahan-perubahan yang ada di semua negara,” kata Jokowi, Ahad (8/10/2017) dikutip dari Okezone.
Akibat derasnya arus media sosial, menurutnya, imbasnya akan terjadi pergeseran di masyarakat baik di bidang sosial, politik maupun ekonomi. Untuk perubahan di bidang ekonomi masyarakat sudah banyak berbelanja secara online, tidak lagi offline.
Menurut Jokowi, hampir semua Kepala Negara menyampaikan landscap politik, ekonomi dan sosial akan mengalami perubahan, seperti apa perubahannya belum bisa memperkirakan.
“Dengan adanya keterbukaan, ada perubahan landscap ekonomi kita. Banyak menyampaikan daya beli turun, setelah kita cek secara detail ternyata ada pergeseran dari offline ke online,” ungkap Jokowi.
Kemudian sejumlah orang menyebutkan hanya 2 persen yang telah terjadi pergeseran, namun itu yang terdeteksi. Tapi yang berjualan online secara pribadi-pribadi, yang jumlahnya mencapai jutaan, lanjut Jokowi, apa bisa dicek satu per satu. Seperti pasang bajunya di Instagram, memasang masakan keluarga di Instagram dan Facebook.
“Apa bisa dipantau, enggak bisa. Gimana cara ngeceknya, kalau saya lihat dari jasa kurir seperti JNE dan Kantor Pos. Pengiriman naik 134 persen, ternyata betul ada lonjokan sangat besar, itulah pergeseran yang kita hadapi di bidang perekomonian,” ucapnya.
Berdasarkan data yang diperoleh, sambung Jokowi, di China sebanyak 30 persen lebih mal dan toko tutup. Karena terserang oleh penjualan secara online yang itu nanti akan masuk pada Indonesia.
“Kita semuanya harus siap. Seperti toko tutup, pemilik tidak sadar kenapa, karena di online lebih murah. Nanti yang menentukan pasar, sosial dan politik adalah generasi milinea, karena mereka mempengaruhi landscap global, nasional dan daerah,” pungkasnya.