Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Milenial Golput menyatakan tidak akan menunaikan hak pilihnya di Pemilu 2019. Koordinator Milenial Golput Bagas Deni Saputra mengatakan mereka sebenarnya tergolong pemilih rasional tapi akan berubah menjadi golput jika tahapan demokrasi berjalan tidak ideal.
Menurut Bagas, alasan utama Milenial Golput untuk tidak memilih karena melihat masa kampanye yang sekarang bergulir tidak pernah menyinggung persoalan substantif.
Konten dan materi kampanye yang beredar di ruang publik lebih banyak berbau sampah dan isu tidak jelas. Padahal, kata dia, persoalan yang dialami Bangsa Indonesia sangat rumit dan butuh penanganan secepatnya.
“Kami kecewa terhadap peserta pemilu dan pasangan capres. Mereka memberikan pendidikan politik yang tidak baik. Wajar jika kami memilih golput,” kata Bagas saat konferensi pers di Kopi Politik, Jakarta, Selasa (15/1).
Isu sara, hoaks dan ujaran kebencian menjadi salah satu penyebab Milenial Golput enggan turut serta dalam kontestasi elektoral. Bagas menegaskan bahwa mereka tidak akan berkampanye golput namun tetap mengajak semua pemilih Milenial agar lebih rasional.
“Kita akan terus memantau perkembangan kampanye. Kami tidak ada gerakan golput karena itu sikap pribadi, tapi kalau perkembangan kampanye makin baik terutama di medsos, kami tentu akan mengajak memilih,” ujarnya.
Saat ini jumlah Milenial Golput baru sekitar 25 orang. Mereka aktif di media sosial dan terus melakukan persuasi agar tahapan Pemilu berjalan damai, nyaman dan gembira. Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter dan YouTube menjadi lahan bagi Milenial Golput untuk berjuang.
“Di medsos kami menyaksikan Tim Capres A menjelekkan Tim Capres B. Apakah seperti ini demokrasi yang ideal,” ujarnya.