Elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) makin turun dan kalah di Pilpres 2019 karena kondisi ekonomi yang makin sulit dan faktanya adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum.
“Kesulitan ekonomi yang menyebabkan elektabilitas Jokowi turun. Rakyat sudah mulai ngeluh soal harga kebutuhan pokok. Mereka tak peduli berapa harga dolar. Yang mereka tahu berapa harga kebutuhan pokok. Susah, mereka teriak,” kata pengamat politik Tony Rosyid kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Kata Tony, buruknya komunikasi Jokowi-KH Ma’ruf Amin menyebabkan elektabilitas turun. Paslon dan timnya Jokowi-Ma’ruf sering blunder.
“KH Ma’ruf Amin bilang Oktober mobil Esemka diproduksi. Ternyata meleset. Tidak hanya itu, pola menyerang KH Ma’ruf Amin ikut berkontribusi terhadap turunnya elektabilitas,” paparnya.
Begitu juga dengan Jokowi. Pola pencitraan yang di tahun 2014 jadi “brand”, tak lagi banyak berpengaruh. Framing kesuksesan infrastruktur berhadapan dengan banyak kegagalan pemerintah.
“Belum lagi narasi Jokowi yang juga mulai tak terkontrol. Kata “sontoloyo”, “genderuwo” dan “tabok” adalah bukti lemahnya komunikasi politik Jokowi,” jelasnya.