Pengerahan puluhan ribu personil TNI dari Marinir dan Kostrad ke Monumen Nasional (Monas) sehari menjelang pelaksanaan Reuni Akbar Alumni 212, mengundang beragam reaksi miring dari warga masyarakat. Apalagi pengerahan personel TNI itu lengkap dengan berbagai persenjataan berat seperti tank dan panser.
“Wah sudah seperti mau perang saja,” ujar Lieus Sungkharisma, koordinator Forum Rakyat yang juga alumni aksi 212.
Menurut Lieus, reuni akbar alumni 212 yang akan digelar besok, Minggu 2 Desember 2018, adalah bentuk silaturrahmi umat Islam dan aktivis pro keadilan terhadap penistaan agama yang dilakukan Ahok dua tahun lalu.
“Saya tak melihat ada yang salah dari reuni akbar ini. Tapi mengapa harus ditanggapi dengan sangat berlebihan? Seolah-olah Negara sedang menghadapi serangan besar,” katanya.
Kalau tujuannya untuk menjaga dan mengawal, kata Lieus, dalam aksi 212 dulu aparat TNI dan Polri juga menjaga dan mengawal. Tapi mereka tidak membawa senjata apalagi sampai bawa tank dan panser.
“Sekarang kok malah dengan pakaian seragam beratribut lengkap sambil meneriakkan yel-yel penambah semangat seolah-olah mereka sedang bersiap-siap untuk perang,” katanya.
Ditambahkan Lieus, situasi di Monas saat ini sungguh sangat berbeda dengan ketika aksi 212 berlangsung tahun 2016 lalu. Kini TNI bukan saja dikerahkan seolah-olah untuk siaga perang, tapi juga terkesan ingin menakut-nakuti atau dibenturkan dengan rakyat,” katanya.
Kondisi ini, tambah Lieus, jelas sangat berbahaya bagi demokrasi di Indonesia. “Apa yang terjadi di Monas saat ini adalah cerminan dari sikap rezim yang paranoid, tegas Lieus.
Dijelaskan Lieus, boleh saja tentara dikerahkan demi pengamanan. “Tapi seperti tahun 2016 lalu, pakailah baju koko dan kopiah bagi yg muslim. Dengan begitu suasana akan terlihat lebih sejuk,” katanya.
Jangan sampai pengamanan yang berlebihan itu, tambah Lieus, malah mengundang timbulnya ketegangan yang memancing chaos sehingga berdampak pada penyelenggaraan Pemilu.
Selain itu, Lieus berharap jangan sampai Panglima TNI dan Kapolri menggunakan aparat untuk tujuan menakut-nakuti rakyat.
“Mereka yang datang ke Monas besok hanya ingin melakukan reuni. Mengenang apa yang mereka lakukan dua tahun lalu saat menuntut Ahok yang menista agama agar dihukum,” kata Lieus Lagi.
Namun, tambahnya, kalau reaksi pemerintah seperti saat ini, jelas itu sangat berlebihan.
“Apalagi Reuni Akbar ini bukan untuk unjukrasa seperti dulu saat menuntut Ahok dihukum, tapi sekedar pertemuan silaturrahmi saja,” jelas aktivis Tionghoa ini.