Tokoh Tionghoa: Pemerintah Jangan Halangi Reuni Akbar 212

Munculnya upaya penggagalan acara Reuni Akbar alumni 212 pada beberapa hari belakangan ini oleh sekelompok orang, di antaranya dengan pemasangan spanduk gelap tentang manfaat kegiatan tersebut dan penggiringan opini publik lewat media, membuat sejumlah pihak angkat bicara.

Salah seorang yang bereaksi keras terkait upaya penggagalan itu adalah tokoh masyarakat Tionghoa yang juga koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungkharisma.

Menurut Lieus, tidak ada yang salah dari rencana aksi reuni akbar alumni 212 yang akan digelar di Monas Desember mendatang. “Di alam demokrasi saat ini, tidak ada satu pihak pun yang berhak melarang kegiatan tersebut. Apalagi gubernur DKI sebagai pemegang otoritas wilayah, sudah memberi ijin,” katanya kepada suaranasional, Ahad (25/11)

Ditambahkan Lieus, aksi 212 adalah catatan terbesar dalam sejarah aksi umat Islam Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945.

“Catatan sejarah itu bahkan diakui oleh berbagai bangsa di dunia. Bayangkan, jutaan orang berkumpul di satu tempat namun tak ada satu rumput pun yang terinjak dan satu batang pohon pun yang patah,” katanya.

Aksi itu, kata Lieus, meskipun dilatarbelakangi kemarahan umat atas penistaan agama oleh Ahok, namun berlangsung damai dan mendapat apresiasi dari masyarakat dan para pemimpin dunia.

“Malahan saya yang non muslim bisa ikut aksi dan merasa nyaman di tengah-tengah jutaan umat Islam yang sedang melakukan aksi saat itu,” katanya.

“Sebagai orang Tionghoa dan non muslim, saya tidak pernah terintimidasi dan merasa terganggu dengan aksi-aksi yang dilakukan umat Islam selama ini. Menurut saya aksi-aksi yang dilakukan umat Islam adalah aksi damai demi menuntut keadilan dan tegaknya kebenaran,” ujar Lieus.

Jadi, tambah Lieus, kalau sekarang umat Islam ingin mengenang aksi damai terbesar dalam sejarah bangsa itu, tidak boleh ada satu pihak pun yang menghalang-halanginya.

“Aksi 212 itu memang patut dikenang. Upaya penggagalan hanya akan merusak citra rejim Jokowi di mata dunia,” ujar Lieus lagi.

Lieus bahkan mengajak Presiden Jokowi untuk melihat aksi 212 sebagai fakta sejarah yang harus dihormati. “Pak Jokowi pasti juga tau kalau aksi 212 itu adalah aksi terbesar umat Islam tidak saja di Indonesia, tapi juga di dunia. Karena itu, justru sudah sepatutnya pak Jokowi membangun monumen aksi 212 untuk mengenang aksi damai terbesar dan bersejarah tersebut,” katanya.

Lieus justru tak paham mengapa ada orang yang tidak setuju bahkan ingin menggagalkan acara reuni akbar alumni 212 tersebut.

“Sejarah itu tak akan bisa dihapus bagaimanapun caranya. Karena itu, daripada menghabiskan energi untuk menolak kenyataan sejarah tersebut, lebih baik pemerintah membuka ruang pengakuan dan mendukung acara reuni akbar tersebut,” kata Lieus lagi.

Sebaliknya, tegas Lieus, jika upaya penggagalan acara reuni akbar 212 itu benar-benar dilakukan pemerintah, masyarakat dunia akan langsung menilai demokrasi memang benar-benar sudah mati di Indonesia.

Maka, tegas Lieus, hentikanlah segala macam aksi provokasi yang berupaya menggagalkan acara reuni akbar 212 tersebut. “Sebab saya yakin upaya penggalaman itu akan sia-sia dan buang-buang energi saja,” katanya.