Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajari rakyat dengan kekerasan dengan keinginanan menabok beberapa orang yang memfitnah dirinya PKI.
“Tak layak seorang Presiden mengucapkan tabok. Ini sama saja mengajari rakyat dengan kekerasan,” kata aktivis Malari 74 Salim Hutadjulu kepada suaranasional, Sabtu (24/11).
Menurut Salim, akibat pernyataan Presiden Jokowi, para pendukungnya bisa seenaknya melakukan apa saja terhadap lawan politiknya. “Ada indikasi ke arah sana,” paparnya.
Kata tahanan politik di era Soeharto ini, Jokowi sebagai kepala negara dan pemerintahan harus menggunakan bahasa yang baik di depan rakyat. “Nampak sekali Presiden Jokowi sudah di luar kontrol sampai mengeluarkan tabok, sontoloyo,” jelas Salim.
Presiden Jokowi merasa gerah diserang isu hoax, terutama soal tuduhan dirinya aktivis PKI. Jokowi heran masih ada orang yang mempercayai isu tersebut.
“Coba di medsos, itu adalah DN Aidit pidato tahun 1955. La kok saya ada di bawahnya? Lahir saja belum, astagfirullah, lahir saja belum, tapi sudah dipasang. Saya lihat di gambar kok ya persis saya. Ini yang kadang-kadang, haduh, mau saya tabok, orangnya di mana, saya cari betul,” papar Jokowi.