Ada beberapa perdebatan tentang siapa yang menemukan kantong teh pertama. Salah satu legenda yang paling populer adalah Thomas Sullivan, importir teh asal Amerika Serikat.
Pada tahun 1908, Thomas mengirimkan sampel produknya di kantong sutra. Tidak bermaksud untuk menyarankan pelanggan mencampurkannya langsung di air panas, namun beberapa malah mencobanya dan ketagihan dengan metode ini.
Tujuh tahun sebelumnya, bagaimanapun, Roberta C. Lawson dan Mary Molaren dari Milwaukee pernah mengajukan hak paten untuk kantong daun teh yang menyerupai apa yang kita gunakan saat ini. Menurut mereka saat itu, begitu banyak daun teh yang digunakan hanya untuk secangkir teh dan itu membuat limbah.
Ketika dirinci, kantong tersebut harus memegang daun teh bersama-sama sehingga tidak mengapung di sisi gelas dan masuk ke mulut peminum. Namun, tidak terlalu ketat sehingga air masih bisa mengalir melalui celah kantong untuk mengeluarkan warna dan rasa daun teh.
Desain mereka menggunakan kain kasa yang dijahit. Thomas juga menggunakan kain kasa setelah menyadari jika bahan sutra terlalu halus untuk dimasukkan daun teh secara optimal.
Tidak peduli siapa yang mendapatkannya lebih dulu, penemuan ini memecahkan dua masalah sekaligus: bagaimana membuat satu penyajian teh lebih nyaman dan mengurangi pembersihan. Ya, membuang teh celup jauh lebih mudah daripada membersihkan daun teh yang menyebar dari gelas atau teko.
Lipton, yang merupakan perusahaan teh terbesar di dunia juga berkontribusi pada sejarah teh celup. Meskipun usaha awal Thomas Lipton bukanlah yang pertama menggunakan kantong untuk masing-masing sajian teh, perusahaan ini mengklaim ide mencetak instruksi pembuatan teh pada label.
Beberapa perusahaan teh lain telah mencoba melakukan perubahan tentang menyeduh teh. Keurig, misalnya, telah memproduksi teh polong untuk mesin K-Cup, yang menghemat waktu seduh. (Trubus)