Prihatin Kondisi Negara, Keluarga Besar Cendana Bersatu untuk Berkarya

Keluarga besar Cendana (IST)

Kondisi ekonomi dan politik dalam negeri Indonesia yang tak juga membaik pasca reformasi 1998, ternyata tak hanya membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk, tapi juga mengundang keprihatinan banyak pihak. Keprihatinan itu di antaranya muncul dari putra-putri dan keluarga besar mantan Presiden kedua RI, H.M. Soeharto.

Hal itu diungkapkan Lieus Sungkharisma, salah seorang aktivis Tionghoa yang dekat dengan putra bungsu Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto).

Menurut Lieus, di bawah komando Mas Tommy, keluarga besar Cendana telah meneguhkan tekad dan bersatu padu untuk berkarya demi meraih kembali martabat bangsa dan negara yang semakin memudar.

Ditambahkannya, dalam banyak kesempatan bicara dengan dirinya maupun dengan wartawan, mas Tommy telah berkali-kali mengingatkan pemerintah tentang situasi yang dapat mengancam kemandirian ekonomi dan kedaulatan negara, yang pada gilirannya dapat menghilangkan martabat bangsa. Namun, faktanya pemerintah tetap berjalan dengan platform kebijakannya sendiri.

“Karena itulah mas Tommy mendirikan Partai Berkarya. Sebab beliau tau, cara paling efektif dan konstitulional untuk mempertahankan kedaualatan NKRI hanya melalui medan perjuangan politik,” kata Lieus.

Tommy sendiri menyebut, seluruh anak dan cucu mantan Presiden Soeharto baik itu kakak, adik maupun keponakan, seperti Sigit Hardjojudanto, Siti Hardiyanti Indra Rukmana, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi dan Siti Hutami Endang Adiningsih kini sudah bulat bergabung di Partai Berkarya yang didirikannya.

Saat ini semua keluarga besar almarhum Pak Harto memang sudah berlabuh di Partai Berkarya yang menjadi partai peserta Pemilu 2019 dengan nomor urut 7.

“Bersama Partai Berkarya, kami siap memperjuangkan cita-cita untuk merebut kembali martabat bangsa dan negara,” ujar Tommy.

Dengan dukungan seluruh keluarga besar cendana ini, Tommy berharap Pemilu 2019 mendatang bisa menjadi momentum bagi semua elemen bangsa Indonesia untuk menata kembali bangunan persatuan yang selama era reformasi ini menjadi sangat longgar.