Tanda-tanda Lailatul Qadar

Tanda-tanda Lailatul Qadar tercantum dalam beberapa hadits, di antaranya adalah :

وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

Rasulullah bersanda : Sesungguhnya pertanda Lailatul Qadar ialah cuacanya bersih lagi terang seakan-akan ada rembulan, tenang lagi hening, suhunya tidak dingin dan tidak pula panas, dan tiada suatu bintangpun yang dilemparkan pada malam itu sampai pagi hari. Dan sesungguhnya pertanda Lailatul Qadar itu di pagi harinya terbit dalam keadaan sempurna, tetapi tidak bercahaya seperti biasanya melainkan seperti rembulan di malam purnama, dan tidak diperbolehkan bagi setan ikut muncul bersamaan dengan terbitnya matahari di hari itu.  (H. R. Ahmad no. 23436)

عَنْ عَبْدَةَ وَعَاصِمِ بْنِ أَبِى النَّجُوْدِ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ يَقُوْلُ سَأَلْتُ أُبَىَّ بْنَ كَعْبٍ  رَضِىَ اللهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ مَنْ يَقُمِ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ. فَقَالَ رَحِمَهُ اللهُ أَرَادَ أَنْ لاَ يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِى رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِى الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ. ثُمَّ حَلَفَ لاَ يَسْتَثْنِى أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ فَقُلْتُ بِأَىِّ شَىْءٍ تَقُوْلُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلاَمَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِى أَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا

Dari Abdah dan Ashim bin Abun Najud keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy berkata, saya bertanya kepada Ubay bin Ka’b ra. Saya katakan, sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas’ud berkata : Barang siapa yang menunaikan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadar. Maka Ubay bin Ka’b berkata : Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal. Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh. kemudian Ubay bin Ka’b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya pun bertanya : Dengan landasan apa, engkau mengatakan hal itu ya Abu Mundzir? Ia menjawab : Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah saw kepada kami, bahwa di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat. (H. R. Muslim no. 2834)

Imam Nawawi dalam mengomentari hadits di atas mengatakan : Rahasia yang terkandung dalam peristiwa Lailatul Qadar, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, adalah karena pada malam itu para malaikat, termasuk malaikat Jibril turun ke bumi hingga fajar terbit. Maka wajarlah bila suasana malam itu menjadi hening, sepi, sunyi dan tiada huru hara. Udaranya pun adem dan sejuk. Di kala matahari terbit, para malaikat naik lagi ke langit, sayap-sayapnya menghalangi cahaya matahari, maka logislah bila pada hari kejadian itu matahari tidak bercahaya sebagaimana biasanya. (Wongsantun)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News