Para pemuda yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuda Tani Sumatera Barat (FKPT Sumbar) mendeklarasikan dukungan kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menjadi Presiden Indonesia.
“Dukungan kepada TGB dari pemuda tani muncul setelah melihat komitmen dan prestasinya terhadap pembangunan pertanian,” kata Juru Bicara FKPT Sumbar M. Arif, Rabu (7/2).
Kata Arif di bidang pertanian, komitmen TGB bisa dinilai dari keberaniannya menjadikan sektor itu sebagai unggulan pembangunan ekonomi bersama pembangunan pariwisata.
“Beliau berani untuk menyingkirkan sektor pertambangan yang dinilai hanya memberikan keuntungan kecil, tidak menciptakan pemerataan dan berdampak buruk pada lingkungan,” ujarnya.
Tidak hanya komitmen, TGB juga menunjukkan kinerja sangat baik di bidang pertanian. Salah satunya adalah komoditas padi dan jagung yang mengalami surplus produksi. Produksi padi NTB per tahun mencapai 2,3 juta ton sedangkan jagung mencapai 2,1 juta ton.
Selain itu TGB juga menunjukkan pembelaan terhadap produksi pangan lokal dengan menolak impor. Saat pemerintah pusat memutuskan impor beras dan beras impor hendak dimasukkan ke NTB, TGB pun menolak.
“Dia bahkan berani meminta pemerintah pusat lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan impor beras, dan mengingatkan pemerintah pusat agar tidak mendemoralisasi petani dengan impor,” papar Arif.
TGB juga berani bersikap kritis terhadap pemerintah pusat terkait impor jagung. Dia melakukan protes karena jagung petani hanya dihargai Bulog Rp 2.000 hingga Rp 2.500 per kilogram. Namun, ternyata Bulog justru impor jagung dengan harga Rp 3.000 per kilogram.
Lanjut Arif, jika harga jagung petani dihargai sama dengan jagung impor tentu kesejahteraan petani akan lebih meningkat. Saat ini, tingkat kesejahteraan petani secara relatif terus menurun, sebab nilai tukar produk pertanian terus menurun dibanding produk industri.
“Keteguhan TGB ini terbukti karena ternyata sektor pertanian yang dibangun justru menjadi pemicu tumbuhnya perekonomian sekaligus pemerataan ekonomi di NTB,” beber Arif.