Presiden Joko Widodo (Jokowi) okowi telah menjadi polusi terhadap semua agama, termasuk Pancasila, aparat hukum, parpol dan tak ketinggalan dirinya sendiri.
Demikian dikatakan pengamat politik Ziyad Falahi kepada suaranasional, Rabu (10/1). “Perlu diakui, jurus epilepsi secara akrobatik telah menunjukkan level kesaktian jauh di atas jurus dizolimi,” jelasnya.
Kata Ziyad, legenda pemimpin higienis yang dikultuskan jaman SBY secara resmi berakhir manakala politik era Jokowi keruh oleh hoax dan black campaign. “Suka atau tidak, sosok “pemimpin dari selokan” menjadi illustrasi yang paling realistis sekarang ini,” jelasnya.
Ia mengatakan, selokanisasi terhadap politik dilakukan tim Jokowi melalui algoritma kekonyolan yang direproduksi tiada henti.
“Sebuah “Kengawuran sistematis” menunjukkan bahwa kebodohan tersebut telah melalui proses kalkulasi. Muncul hipotesa, rezim sekarang disinyalir menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI), yang secara matematis mampu menghitung pola berita,” paparnya.
Tujuanya jelas, sang maestro selokan ingin publik terbiasa dengan seperti taktik Donald Trump. Kotoran yang berasal dari para pemimpin “kesurupan” tidak akan memicu perlawanan mengingat publik sudah apatis dengan yang namanya Politik. Mau dipermak dengan kosmetik semengkilat apapun, politisi di mata publik tetaplah bopeng.
“Strategi menciptakan kegaduhan dengan memelihara miliaran bong telah berhasil seperti biasa “pengalihan” atas kasus penting. Lucunya, masih banyak politisi “suci” yang hingga kini nekad bertarung dalam limbah terkontaminasi dengan poster ber tagline bersih, jujur dan merakyat,” pungkasnya.