Alumni Kolese Kanisius yang walk out (keluar) saat pidato Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bentuk protes terhadap orang nomor satu di Jakarta yang rasis.
“WO saat Anies pidato, itu bentuk protes alumni Kanisius atas sikap Anies yang rasis,” Koordinator Gardu Banteng Marhaen (GBN) Sulaksono Wibowo dalam pernyataan kepada redaksi suaranasional melalui email, Selasa (14/11/2017).
Kata Sulaksono, kemenangan Anies karena ditunggangi kelompok intoleran yang sangat bertentangan dengan semangat Kolese Kanisius. “Nantinya bukan hanya alumni Kolese Kanisius yang kecewa, alumni lainnya juga akan protes,” paparnya.
Menurut Sulaksono, kebijakan Anies terlihat hanya mengakomodir para pendukungnya. “Lihat saja kebijakan Anies yang membolehkan kegiatan keagamaan di Monas, padahal itu tidak baik. Kegiatan keagamaan ya di rumah ibadah,” jelas Sulaksono.
Saat Anies Baswedan berpidato, Ananda Sukarlan tiba-tiba berdiri dan langsung meninggalkan (walk out) ruangan.
Padahal, Ananda sedianya menerima penghargaan bersama Derianto Kusuma (pendiri Traveloka), Romo Magnis Suseno (tokoh Jesuit), Irwan Ismaun Soenggono (tokoh pembina Pramuka) dan Dr. Boenjamin Setiawan (pendiri Kalbe Farma). Aksi Ananda ini kemudian diikuti ratusan alumni dan hadirin yang lain.
Namun, insiden itu tak berlangsung lama. Setelah Anies selesai memberi sambutan dan meninggalkan acara, Ananda dan sejumlah alumni yang sempat walk out, kembali ke tempat duduk masing-masing.
Ananda kemudian memberikan pidato selepas menerima penghargaan. Dalam pidatonya, komposer Rapsodia Nusantara ini memberi penjelasan atas sikapnya meninggalkan ruangan. Ananda mengkritik panitia yang telah mengundang Anies hadir dalam acara tersebut.
“Anda telah mengundang seseorang dengan nilai-nilai serta integritas yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan kepada kami,” kata Ananda