Memiliki rumah menjadi salah satu impian warga Ibu Kota. Namun untuk memiliki rumah sendiri bukan lah hal yang mudah. Banyak orang yang mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ke bank ditolak.
Pihak bank memang banyak memberikan syarat kepada para pengaju KPR, salah satunya harus berstatus pegawai tetap. Ali Setiawan (40) menjadi salah satu ‘korban’ penolakan KPR oleh bank akibat persyaratan status pegawai tetap tersebut.
Alasannya tak lain karena dia hanya seorang tukang ojek online.
“Dulu saya mengajukan tapi tetap saja susah persyaratan. Hampir tiga kali saya mengajukan,” ucap Ali, Senin (18/9/2017).
Harapannya mempunyai rumah terjawab, setelah dia bergabung di GO-JEK. Ya, GO-JEK memberikan kesempatan Ali mendapatkan rumah dengan cicilan murah melalui program swadaya GO-JEK.
“Semua dipermudah kalau ngajukan rumah sendiri harus ada surat ini itu, DP besar. Kalau GO-JEK kan langsung deposit. Walau Rp 48 ribu per hari kan nggak kerasa. Kalau ajukan sendiri kan sekian juta terasa berat,” ucap ayah dengan tiga anak ini.
Paling penting, pihak bank yang bekerja sama dengan Go-Jek tak mensyaratkan status pegawai tetap.
“Go-Jek membantu karena dengan program kayak gini dipermudah persyaratannya,” ucap Ali yang memilih perumahan di daerah Parung, Jawa Barat.
Ada yang unik saat Ali resmi mendaftar program KPR ini. Ali tidak berkonsultasi dahulu kepada istri saat mengajukan KPR dan memilih rumah.
“Saya Bismillah saja waktu itu, saya juga pilih perumahan ini juga Bismillah. Saat istri tahu, istri bilang Alhamdulillah,” tutur Ali.
Menurut Ali, waktu itu ada sekitar 15 developerdi daerah Cikarang, Bogor dan lainnya dengan rumah 2 bedroom dan 1 living room. Meski terkadang terasa berat untuk melunasi cicilan per harinya, namun Ali selalu semangat kembali jika mengingat rumah impiannya kelak.
“Rumah kan untuk anak, setoran nomor sekian kan yang penting kita usaha. Alhamduillah yang saya jalanin lancar. Pertimbangan saya juga buat anak.
Kasihan anak kalau ngontrak, pindah lagi pindah lagi. Apalagi kalau anak sudah dewasa, jangan sampai anak-anak seperti kita,” kata Ali panjang lebar.
Ali yang harus mencicil rumah hingga 16 tahun ini mengaku bersyukur dan merasa keputusannya tepat.
“Penginnya secepatnya rumah ditempatin. Kebayang sudah pengin ini-itu. Di rumah saya mau buka usaha,” ucapnya penuh syukur.
Tak heran banyak rekan-rekan lainnya merasa iri dengan capaian Ali, meski dia hanya seorang pengemudi ojek online.
Pihak Go-Jek merasa senang bisa membantu para mitra dengan program swadaya. VP of Go Car & Swadaya Ardelia Apti menjelaskan program swadaya ini merupakan wujud apresiasi Go-Jek terhadap loyalitas mitranya.
“Kita tahu mereka susah dapat approval kredit itu gara-gara mereka pendapatan naik turun, dan bank meragukan ini.
Makanya kita membantu bank memilih pengemudi dari matriks perfomance mereka. Kita jadi sponsor dan endorse driver yang pendapatan danperformance-nya bagus. Ada matriks yang kita sepakati bersama pihak ketiga,” imbuh Ardelia.
VP of Go Car & Swadaya Ardelia Apti Foto: Mustiana Lestari/detikcom
Menurut Ardelia, untuk bisa membuka akses KPR ke pengemudi Go-Jek, pihaknya telah melakukan transparansi dan memudahkan interaksi pengemudi ke pihak bank, dalam hal ini Go-Jek bekerja sama dengan BTN.
“Beruntungnya juga pemerintah, termasuk BTN juga fokus ke perumahan untuk kalangan bawah dan pas banget untuk kita nawarin kerja sama KPR itu,” sambung Ardelia.
Dia menjelaskan program swadaya KPR adalah program yang memungkinkan para mitra Go-Jek bisa memiliki rumah dengan DP 1% dan suku bunga 5%.
Para sopir perlu menyisihkan sekitar Rp 40 ribu setiap hari untuk bisa mengikuti program ini. Saat ini sebanyak 957 mitra Go-Jek sudah masuk dalam program tersebut.
(ega/ang) [detik]