Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat harusnya tidak melarang Sahur On Road (SOS).
“Jika benar Djarot (Plt Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat) melarang SOR itu berarti tidak cerdas menyikapi tradisi keagamaan yang baik dan telah berjalan berpuluh tahun,” Dewan Pakar ICMI Anton Tabah Digdoyo kepada suaranasional, Ahad (28/5).
S0R adalah tradisi di mana para artis ajak saur bareng kaum dhuafa jalanan di ibukota. Justru tradisi ini dinilainya baik, wujud kepedulian para artis mengajak saur bareng fakir miskin, pemulung, gelandangan, dan lain-lain.
Kebiasaan baik seperti SOR itu tidaklah mudah untuk diubah. Ketimbang dilarang-larang, hemat Anton, sebaiknya ada inovatif kreatif dan humanis dari Pemprov DKI Jakarta.
“Mungkin solusinya ubah nama bukan SOR kalau SOR kesannya kok ganggu jalan raya ya. Misal diganti saur bareng para dhuafa di tempat-tempat umum yang banyak kaum dhuafanya,” usulnya.
Anton pun mengingatkan Djarot sebagai muslim harus lebih hati-hati dan jangan grusa grusu atau gegabah seperti pendahulunya, Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama yang melarang takbir keliling, sembelih hewan kurban Ied Adha, atau siswi sekolah berjilbab dan lain-lain yang berkaitan dengan ritual ibadah.
“Itu sangat sensitif, rentan disharmoni, bahkan distrust,” pungkas Anton.