Penangkapan, intimidasi dan tuduhan makar pada sejumlah aktivis Islam dan tokoh nasionalis yang di gunakan rezim Jokowi saat ini tak ubahnya seperti rezim totaliter despotik.
Demikian dikatakan tokoh Muda Maluku Gusrin Lessy dalam pernyataan kepada suaranasional, Sabtu (1/4).
Kata Gusrin, rezim totaliter menyingkrikan lawan politiknya yang dianggap mengancam kekuasaan. “Lawan politik, termasuk dari kalangan ulama dimasukkan penjara,” ungkap Gusrin.
Menurut Gusrin, demokrasi di Indonesia pasca reformasi 98 yang sedang memasuki tahap konsolidasi dan peyempurnaan di berbagai bidang kehidupan berbangsa kini malah mengalami degradasi nilai dan kemunduran di bawah rezim Jokowi.
“Jokowi malah mundur kebelakang seperti di zaman totaliter Demokrasi Terpimpin Orde Lama dan Orde Baru yang represif. Jokowi melibas habis suara yang bertentangan dengan pemerintah. SBY yang Jenderal saja tak begitu begitu amat, ini tampilan berlagak merakyat tapi menipu,”kata Gusrin
Gusrin pun menyerukan agar kelompok-kelompok pro-demokrasi untuk kembali menyuarakan kebenaran dan melawan penindasan dan tindak sewenang-sewenang yang dipertontonkan rezim Jokowi. Selain itu dia mengingatkan agar lembaga-lembaga negara seperti MPR dan DPR harus melaksanakan fungsi kontrolnya terhadap Presiden Jokowi.
Menurut Gusrin, setelah ditangkapnya sekjen FUI Al-Khaththath bersama aktivis 313 lainnya, mantan ketua umum DPP IMM Beni Pramula dan mantan Presiden BEM UMY Yogyajarta Zainuddin Arsyad juga ikut ditangkap.
“Mari kita jadikan para aktivis yang ditangkap sebagai martir untuk perubahan rezim paranoid,”demikian Gusrin.