Para bandar telah menggelontorkan dana untuk kemenangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) satu putaran di Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Para bandar para memborong semua perusahaan surevi. Perusahaan yang bisa disebut berada di garda terdepan pada konteks ini adalah LSI Burhanudin Muhtadi. Rilis teranyar perusahaan ini menempatkan pasangan Anjrot (Ahok-DJarot) meraup 32,8% suara,” kata pekerja sosial di Jakarta Edward Marthen dalam pernyataan kepada suaranasional, Selasa (20/12)
Kata Edward, langkah selanjutnya untuk kemenangan Ahok dengan survei-survei sejenis, yang sudah deal bayarannya, secara bergiliran akan bahu-membahu mencekoki benak publik, bahwa Ahok-Djarot pasti menang.
“Kabarnya, di kalangan mereka sudah ada kesepakatan, angka untuk Ahok-Djarot berkisar 32 dengan plus-minus 2-3%,” papar Edward.
Kata Edward, menyewa perusahan survei memang butuh biaya besar tetapi buat para taipan yang jadi bohir Ahok hal itu sama sekali tidak masalah.
“Cukong-cukong itu sangat berkepentingan Ahok jadi Gubernur lagi agar bisnis mereka aman. Beberapa contohnya adalah reklamasi teluk Jakarta dan beberapa proyek mercusuar di Ibukota,” jelasnya.
Sudah cukupkah Ahok-Djarot diganjar pada kisaran 35%? Tidak. Karena mereka akan menambahkan angka lagi melalui pemilih yang belum menentukan keputusannya bakal memilih siapa, yang jumlahnya sekitar 18-20%.
“Jika 10% saja dari swing votes ini memilih gubernur yang hobi menggusur dengan ganas dan brutal, maka Anjrot bakal meraup suara 45%. Artinya, mereka menang satu putaran,” papar Edward.
Edward mengatakan, untuk memenangkan Ahok-Djarot satu putaran, para bohir Ahok dan operator di lapangan akan memanfaatkan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) ganda. Tidak tanggung-tanggung, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI pada September silam menyatakan besarnya DPT mencapai 650.000 lebih.
“Ini artinya, sekitar 8,7% persen dari total DPT DKI Jakarta yang jumlahnya 7,5 juta. Kembali perusahaan survei bayaran tadi akan melemparkan ilusi, bahwa swing votes bakal menjatuhkan pilihannya kepada pasangan Anjrot. Dengan asumsi 4% saja yang parkir ke lumbung suara pasangan petahan ini, maka total suara yang bisa dijaring mencapai 49%. Artinya, Ahok menang telak satu putaran,” jelasnya.
Menurut Edward, dengan survei-survei bodong ini mereka bermaksud menggiring opini publik, bahwa warga Jakarta masih menginginkan Ahok-Djarot memimpin Ibukota.
Kata Edward, rekayasa kemenangan Ahok-Djarot dan vonis bebas Ahok sebagai terdakwa penista agama menjadi satu tarikan nafas.
“Para taipan yang menjadi bohir sangat berkepentingan Ahok tetap menjadi gubernur pada periode berikutnya. Tirliunan rupiah sudah mereka keluarkan. Dan, triliunan rupiah lagi tidak segan-segan mereka bakal guyurkan,” ungkap Edward.