Republik atau Kerajaan?

Om Sony (Dok Pribadi)
Om Sony (Dok Pribadi)

Oleh: Aktivis Politik Om Sony

Dari diskusi kecil dan ringan bersama seorang sahabat dari negeri antah berantah, kami membicarakan perkembangan politik Indonesia yang mengalami gejolak dari waktu ke waktu semenjak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini.

Mengamati hal tersebut terlihat republik ini malah mengalami kemunduran dalam berbangsa dan bernegara karena dalam penerapannya cenderung rentan digunakan oleh musuh sebagai alat pemecah belah persatuan mengatas-namakan demokrasi.

Kebebasan dalam demokrasi bersamaan dengan perkembangan teknologi juga derasnya informasi seolah membuka ruang degradasi moral, sosial, budaya serta peradaban hakikinya manusia.

Sering kita mendengar teriakan revolusi dan isu penggulingan rezim republik atas dasar ketakutan, ketidakpuasan bahkan atas dasar kepentingan. Soeharto contohnya, presiden berlatar belakang militer dituding sebagai diktator, dijatuhkan atas nama demokrasi, meski tidak bisa dipungkiri bahwa andilnya dalam kesejahteraan rakyat dinilai baik. KH. Abdurrahman Wahid, presiden berlatar belakang sipil dan sebagai Ulama besar dianggap tidak mampu juga dan digulingkan diduga atas dasar kepentingan.

Kerajaan-kerajaan serta Kesultanan-kesultanan yang terdapat di hampir seluruh kepulauan nusantara pernah menjadi salah satu tonggak peradaban dan sejarah bangsa ternyata tidak dapat melebur menjadi citra kehidupan rakyat saat ini sebagai Republik dan berkehidupan berbangsa juga bernegara. Karena tidak bisa dilepaskan begitu saja stigma, adat istiadat, cara berpikir berkerajaan di nusantara hingga saat ini. Sebagai contoh kita sering mendengar bahwa rakyat menantikan Satrio Piningit (digambarkan seorang Raja) pemimpin yang dinanti-nantikan rakyat.

Jangan-jangan jauh dibalik sanubari terdalam, rakyat merindukan pemimpin sejati, trauma dengan pemimpin berlatar belakang militer yang di khawatirkan akan menjadi diktator, namun disatu pihak tidak menginginkan pemimpin dari latar belakang sipil, hanya saja tidak berani menyebut menginginkan negeri ini dipimpin seorang raja.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News