Politikus Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Eva Kusuma Sundari tidak memakai otak dengan memberikan pembelaan terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan menyalahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
“Eva, pake otak jangan atas nama demokrasi dan atas nama kepentingan PDIP,” kata politikus PPP Habil Marati kepada suaranasional, Kamis (13/10).
Kata Habil Marati, pendapat Eva Kusuma Sundari menandakan penistaan Alquran mau di tempatkan di bawah demokrasi.
“kalau kita mau jujur mestinya PDIP memahami perasaan umat Islam, cukup bagi Umat Islam atas perlakuan PDIP dengan cara mendukung Ahok, apalah arti seorang Ahok dibanding dengan Kemarahan Umat Islam,” papar Habil Marati.
Kata Habil Marati, Eva Kusuma Sundari dan PDIP harus melihat kasus Ahok ini bisa mengoyak persatuan nasional.
“Mana lebih penting mengorbankan Ahok di banding membiarkan umat Islam mengoyak persatuan nasional, jangan karena Atas nama demokrasi semua di halalkan termasuk membiarkan Ahok mencalonkan Gub DKI, Ahok tidak berhak menjadi Gubernur DKi tidak sesusi dengan sejarah konstitusi Indonesia,” jelas Habil Marati.
Habil Marati mengingatkan kepada rakyat Indonesia bahwa Konstitusi UU D45 telah dimanipulasi oleh kaum liberal, sekuler, minoritas dan Kaum komunis. “Demokrasi Indonesia adalah demokrasi penuh manipulatif, penuh kebohongan, demokrasi transaksional, demokrasi yg hanya menghasilkan kekuasaan palsu,” ungkap Habil.
Menurut Habil kasus Ahok yang telah diputuskan MUI adalah bahagian dari proses penegakan syariat Islam dan harus ditinjalanjuti oleh kepolisian RI, tujuanya adalah untuk menghindari ketidakpercayaan Umat Islam