Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tidak ikut berkomentar terkait penancaman bendera bertuliskan “JKT Desa China” menjadi indikasi mantan Wali Kota Solo itu membiarkan Chinanisasi di Indonesia.
“Harusnya sebagai kepala negara dan pemerintah menyatakan protes keras. Ini hanya diam saja, seolah-olah membiarkan saja China melakukan invasi di Indonesia. Artinya membiarkan Chinanisasi di Indonesia,” kata pengamat politik Ahmad Baidhowi dalam pernyataan kepada suaranasional, Rabu (14/9).
Menurut Baidhowi, ada kemungkinan, Jokowi yang diam saja dalam kasus ini ketakutan terhadap China. “Selama ini China banyak memberikan bantuan ke Indonesia termasuk proyek kereta cepat. Kalau Jokowi protes bisa memperburuk hubungan kedua negara,” ungkap Baidhowi.
Kata Baidhowi, sikap protes Jokowi sangat ditunggu rakyat Indonesia sebagaimana dilakukan terhadap pengeboman di Paris maupun lainnya. “Harusnya melalui Jokowi sendiri atau Twitter, Jokowi bisa menyatakan protes kejadian tersebut,” papar Baidhowi.
Tidak adanya sikap protes itu, kata Baidhowi makin membuat kecurigaan rakyat Indonesia terhadap hubungan Jokowi dengan China. “Rakyat makin curiga kebijakan Jokowi ke China akan merugikan rakyat Indonesia. Banyaknya buruh kasar di Indonesia membuat rakyat makin sengsara,” pungkas Baidhowi.
Warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu dikejutkan dengan kedatangan serombongan turis China yang memasang bendera bertuliskan “Jkt, Desa China” dan spanduk bertulisan China. Kejadian yang serba cepat itu langsung dilaporkan warga ke Sospol Pulau Pari.
Pemasangan bendera dan spanduk tersebut berawal kedatangan kapal snorkling yang membawa 23 turis dari China, 2 diantaranya orang Indonesia, supir dan baby syster menuju Pulau Pari. Ketika mereka turun tiada ada barang atau bawaan yang mencurigai.
“Dari dermaga sampai ke tempat snorkling saya tidak melihat atas atau atap kapal. Karene bendera di atas atap kapal dan saya berada di posisi kemudi,” ujar Kathur Sulaiman, pengemudi kapal snorkling kepada media, Minggu (11/9).
