Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang dikabarkan menyatakan mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menandakan tidak mengetahui substansi proklamasi dan dikendalikan cukong.
“Kalau Mega mengerti substansi dari teks Proklamasi yang dibaca bapaknya, maka sudah pasti Mega tidak akan mendukung Ahok,” Pengamat kebijakan publik Budgeting Metropolitan Watch (BMW) Amir Hamzah kepada suaranasional, Selasa (6/9).
Kata Amir, kekuatan besar yang menginginkan pemerintahan Indonesia dikendalikan oleh cukong-cukong pemilik modal dan pengembang atau disebut Plutokrasi.
“Karena Mega berfikir dalam bayang-bayang Plutokrasi, maka publik pun tidak perlu heran. Makanya jangan heran kalau Mega akhirnya betul memilih Ahok,” tegas Amir.
Selain itu, menurut Amir realitas politik saat ini publik juga sedang kencang-kencangnya mempertanyakan kebijakan pemerintahan Jokowi dan partai penguasa PDIP yang tampak mesra dengan China.
“Ini (dukungan pada Ahok) bisa jadi sebagai bentuk dari hubungan baik PDIP dengan kelompok komunis China, demi agenda-agenda besar ke depan,” kata Amir.
Menurut Amir, tidak ada track record mumpuni dari Ahok yang selama menjalani karir politiknya. Munculnya Ahok kali ini ada kekuatan besar dari China dan dikondisikan oleh konglomerat lokal dan para pengembng reklamasi dengan tukar guling izin megaproyek reklamasi.
“Jadi, tidak ada jalan lain jika Mega ingin bersih dari kecurigaan publik sebagai bagian dari proksi, maka Mega seharusnya menganggap Ahok tidak ada,” pungkas Amir.