Pengusaha Sukanto Tanoto layak menjadi pengkhianat karena menyebut China sebagai ayah kandung dan Indonesia ayah angkat.
“Sukanto Tanoto sudah terkena kasus pajak, ditambah lagi pernyataan yang menyakitkan bagi bangsa Indonesia. Ia adalah pengkhianat bangsa,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada intelijen, Kamis (25/8).
Kata Muslim, Sukanto Tanoto sangat tidak menghargai bangsa Indonesia dan pernyataan itu bisa menimbulkan gejolak sosial. “Munculnya Ahok ditambah lagi pernyataan Sukanto Tanoto, ini bisa menimbulkan gejolak sosial,” papar Muslim.
Muslim mengatakan, Sukanto Tanoto tidak punya jiwa nasionalis juga karena tidak taat membayar pajak. “Kalau nasionalis tidak mungkin ada kasus penggelapan pajak Asian Agri Group milik Sukanto Tanoto,” papar Muslim.
Muslim mengatakan, sikap Sukanto itu biasa dilakukan para pengusaha keturunan etnis China karena negeri itu mengakui adanya dwi kewarganegaraan atau ius sanguinis. “China punya kepentingan warganya yang tersebar di berbagai penjuru dunia mempunyai kontribusi buat negaranya,” papar Muslim.
Di dunia maya digegerkan pengakuan konglomerat Sukanto Tanoto saat tampil sebagai narasumber dalam sebuah acara televisi di China.
Pengusaha Raja Garuda Emas (RGE), induk perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit, kertas dan plywood membuat pengakuan yang menghebohkan bahwa Indonesia hanya ayah angkat dan China ayah kandung.
“Saya lahir dan besar di Indonesia. Menempuh pendidikan, menikah dan memulai bisnis juga di sana. Tetapi Indonesia adalah ayah angkat bagi saya, karena itu ketika pulang ke China saya merasa menemukan ayah kandung. Itu karena saya masih merasa orang China,” kata Sukanto Tanoto saat tampil sebagai narasumber dalam sebuah acara televisi di China.
Raja Garuda Emas dalam rilisnya menyatakan bantahan dan menyebutkan bahwa terjemahan tersebut tidak sesuai dengan tujuan dan maksud yang tersirat dari pernyataan Sukanto Tanoto.
“Dalam wawancara tahun 2011 berdurasi 55:29 menit yang beredar di media sosial, Bapak Sukanto Tanoto menjelaskan latar belakang serta filosofi bisnis beliau. Kutipan artikel di forum Indonesiana, serta terjemahan salah satu bagian video yang beredar, tidaklah sesuai dengan tujuan dan maksud yang tersirat sehingga telah menimbulkan penafsiran yang berbeda,” ujar pihak RGE.
“Metafora yang digunakan oleh Bapak Sukanto Tanoto dalam bahasa Mandarin merupakan bagian dari diplomasi bisnis yang santun sebagai ungkapan hubungan batin dengan nilai-nilai budaya setempat,” lanjut keterangan tersebut.