Tertangkapnya pekerja asal China ilegal yang mengerjakan proyek kereta cepat di tanah milik TNI AU menandakan negeri Tirai Bambu itu ingin menguasai RI.
“Mereka bisa masuk dan tanpa identitas. Artinya imigrasi kita kebobolan. Ini yang harus dibongkar,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada suaranasional, Rabu (27/4).
Menurut Muslim, proyek yang dikerjakan di tanah milik TNI AU itu juga masih menjadi masalah. “TNI AU secara resmi sudah protes tanahnya tidak dijadikan jalur kereta cepat. Ini menandakan proyek ini ada kepentingan tersembunyi dengan menerobos tanah milik pertahanan udara RI,” jelas Muslim.
Muslim mengatakan, hanya di era Jokowi, kedaulatan bangsa Indonesia terinjak-injak dengan bangsa asing. “Kasus ini menunjukkan bangsa Indonesia di bawah Jokowi kedaulatannya terinjak-injak dari China,” papar Muslim.
Muslim meminta Komisi I untuk meminta keterangan KSAU terkait kasus ini dan bisa saja dan perlu diadakan Pansus. “Ini perlu Pansus kereta cepat termasuk masuknya warga China secara ilegal di Indonesia,” jelas Muslim.
TNI AU menangkap 7 pekerja proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung karena tidak memiliki security clearance dan menerobos masuk Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. TNI AU sempat mencurigai para pekerja ini melakukan aksi mata-mata, karena dari 7 orang yang ditangkap 5 di antaranya warga negara China.
“Kita lihat ngapain ada orang asing ngebor-ngebor di area militer kita, kita kan curiga. Kita cek izin, dokumen dari Kedubesnya juga enggak ada,” ujar Danlanud Halim Kolonel Pnb Sri Mulyo Handoko saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (27/4/2016).
Namun saat diperiksa di Pos TNI AU di Halim, para pekerja itu mengaku tidak tahu apa-apa. Sri mengatakan, kesalahan para pekerja WNA itu lebih masalah administrasi saja.
“Jadi ini lebih masalah ke kelengkapan dokumen dan security clearance. Kita minta lengkapi,” ucapnya.