Kendati hanya satu tim dari Universitas Muria Kudus (UMK) yang berhasil masuk sebagai finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2015 yang diselenggarakan di Universitas Halu Oleo, Kendari, 5-9 Oktober 2015, namun apa yang dibawa ke Pimnas cukup prestisius, yakni kacamata ‘’Kamasutra’’.
Lima mahasiswa yang menjadi duta UMK dalam Pimnas ke-28 ini, yaitu Taufiqqurrohman (Teknik Informatika), Zuliva Ermaningtyas (Pendidikan Guru Sekolah Dasar/PGSD), Rifki Husaini (Teknik Elektro), Canggih Pamungkas (Teknik Elektro), dan Afif Budiliyani (Teknik Informatika).
Taufiqqurrohman, ketua tim peneliti menjelaskan, Kamasutra yang dibawa ke Pimnas adalah ‘’Kacamata Super Transparan (Kamasutra)’’. ‘’Kamasutra berhasil lolos di Pimnas masuk kategori PKM KC-3,’’ ujarnya dalam keterangan yang diterima suaranasional, Sabtu (3/10).
Didampingi teman-temannya tim peneliti, Taufiqqurrohman menambahkan, Kamasutra yang ditelitinya ini memiliki keunggulan bisa mendeteksi hologram pada mata uang dengan LED UV (Ultra Violet) diameter 5 mm. Dengan kata lain, produk ini bermanfaat mampu mendeteksi uang palsu.
‘’Penelitian ini kami lakukan cukup lama. Mulai observasi, perancangan, laporan, hingga menjadi produk, memakan waktu sekitar lima bulan,’’ katanya. ‘’Kamasutra juga sudah kami uji di Hypermart dan Pasar Bitingan Kudus,’’ ungkapnya menambahkan.
Produk Kamasutra bisa dipergunakan jika standar baterei dan cahaya keadaan normal, bisa dipergunakan dalam jarak sekitar 30 cm. ‘’Kamasutra menggunakan kaca warna kuning anti radiasi, sedang yang warna putih anti UV,’’ paparnya.
Endang Supriyati S.Kom M.Kom, pembimbing Pimnas mengatakan, apa yang diteliti mahasiswanya yang telah menghasilkan produk, berharap agar minimal bisa menjadi juara favorit di ajang Pimnas. ‘’Kompetisinya sangat berat. Harapannya, paling tidak anak-anak bisa dapat juara favorit.’’
Mengenai proses penelitian hingga menjadi produk, tuturnya menambahkan, tidak ada kesulitan yang berarti. ‘’Kesulitan waktu membimbing hanya di masalah waktu. Masing-masing sibuk kuliah dan ada kegiatan di luar. Sulit ngumpul, ini masalahnya,’’ urainya.
Sementara itu, berdasarkan perhitungannya bersama tim peneliti Kamasutra yang dibimbingnya, ongkos produksi sementara berkisar Rp 250 ribu. ‘’Kamasutra ini sangat bagus diproduksi massal dan bisa dipasarkan luas bagi masyarakat, apalagi di tengah banyaknya berita uang palsu yang kita dengar,’’ katanya.
Mengingat adanya kasus pemalsuan uang yang seringkali terjadi, maka menurutnya produksi massal Kamasutra sangat prospektif dilakukan. ‘’Semoga nanti ada pengusaha yang tertarik kerja sama mendanai produksi kacamata hasil penelitian anak-anak mahasiswa UMK ini,’’ harapnya.