Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP Ganjar Pranowo mengeluarkan surat edaran nomor 420/006752/2015 tentang penyelenggaraan sekolah lima hari di seluruh Kabupaten se-Jateng.
Surat edaran dari sahabat Presiden Jokowi itu mempunyai dampak siswa tidak bisa mengikuti sekolah di madrasah pada sore hari. Penyelenggaran sekolah lima hari itu mewajibkan para pelajar berangkat pagi dan pulang hampir sore hari.
Pengurus Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar NU (IPNU) Lasem Khairul Anwar menolak surat edaran dari Gubernur Ganjar tersebut.
“Kalau sekolah cuma lima hari, kami sebagai pelajar akan merasa dirugikan. Apalagi kalau mereka sampai tidak bisa sekolah madrasah, tentu akan lebih merugikan lagi. Jika kepandaian tidak dibekali dengan akhlak yang baik besar kemungkinan akan melahirkan koruptor,” tuturnya sebagaimana dikutip dari NU Online.
Selain itu, sekolah lima hari itu bisa menimbulkan masalah bagi kalangan siswa.
Menurut guru madrasah di Kabupaten Kudus, Muhammad Saifuddin, lima hari sekolah bisa membawa dampak kurang baik bagi pelajar. “Sabtu dan Ahad libur, anak justru makin suka yang tidak-tidak. Apalagi di tengah banyaknya hiburan sekarang ini,” ujar Saifuddin.
Ini penilaian dari mana, orang ngomongnya pendidikan lima hari. Memang implikasinya akan berimbas pada kegiatan diniyah.Tapi jangan berita diplesetkan begini, dasar media..!!!
Bos Dudi yg pintar…. jika sekolah di 5 harikan, maka pemenuhan jam mata pelajaran akan di tarik menjadi lima hari, maka waktu kegiatan belajar mengajar akan sampai pada sore hari. Sedangkan madrasah dilakukan pada sore hari mulai pukul 14 sampai selesai. Itu sebabnya Guru madrasah yg mendidik siswa sesuai amanat undang2 tentang menciptakan putra bangsa menjadi manuisa seutuhnya. Kamu tahu kan Bos manusia utuh itu ada jasmani ada rohani, Semoga Bos kini faham.
mereka pada gak punya rohani mas. makanya gitu
hehehe kayak ndak faham aja mas dudi ini…media siapa hayoooo ??? hehee
anak saya sekolah di MI cuma lima hari kok aman2 saja….berangkat pukul 7.00 pulang sehabis berjamaah ashar di sekolah….terus jam 5 sore masuk diniyah….sabtu-minggu full di rumah…hmmm indah sekali…
Kalo di MI gak masalah krn prosentase agama cukup
Yg masalah bg yg di sekolah umum
Upaya apapun ditempuh oleh iblis agar umat islam menjadi dangkal tentang agamanya,
makanya cari pemimpin yang jelas agamanya
orang sekolah 6 hari aja anaknya goblok goblok, apa lagi 5 hari,
inget woii, yg lo bawa mampus amal ibadah elo, bukan jabatan elo,
kalo lo mampus paling juga d injek injek d kuburan, gak bakal ada yg puji elo,
bego bgt ni orang
Mau apa saja org non muslim ngak usah hawatir…berarti non muslim mulai ngak punya pemikiran lgi gmna cara menghancurkan islam.. islam tetap di atas segalanya…
الإسلام يعلواولايعلاعليه…
Yang utama kita umat islam gimana caranya agar bertambah dekat dgn Allah…ajari anak kita setelah magrib baca Alqur’an agar anak berkeyakinan yang kuat semenjak dini… sebagai org tua pandai”lah memuliakan anak dgn cara memberikan nasehat sesuai anjuran alqur’an dn hadits.. sampai akhir zaman islam tetap takkan bisa di kalahkan.. agama إسلام itu agama الله.
Loh ini yang bener yang mana ? lah wong edaranya sekolah hanya 5 hari /minggu kok jadi judul beritanya larangan madrasah , kalu di DKI mah udah lama sekolah 5 hari , tapi gak ada masalah karena anak sekolah SD jam 12 dah bubaran.
Aturan 5 hari sekolah ada beberapa kelemahan:
1. Sabtu dan Minggu anak2 mau diarahkan kemana? Sementara sekarang ini pergaulan dikota dan didesa sama2 mengkhawatirkan, kecuali di Pondok pesantren.
2. Banyak sekolah Diniyah di daerah khususnya Madrasah Ibtida’iyah yang membuka kelas Sore, mulai jam 13.30 – 17.00 WIB yang mengakomodasi siswa yang sekolah di SD pada pagi hari.
3. Dengan sekolah sampai sore berarti penambahan biaya uang jajan atau makan siang akan bertambah, bagaimana dg siswa yg tdk mampu? Biasanya anak2 pulang dulu ke rumah makan siang baru melanjutkan sekolah Diniyahnya.