Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat panik dalam situasi sekarang dengan meminta pengurus PBNU menjaga ekonomi.
Demikian dikatakan pengamat politik Sahirul Alem dalam pernyataan kepada suaranasional, Sabtu (28/8).
Menurut Alem, Jokowi tidak perlu minta bantuan NU terkait melemahnya ekonomi di Indonesia. “Walaupun NU ada garapan bidang ekonomi, tetapi minta bantuan ke NU itu sangat salah. Harusnya negara dalam hal ini Presiden Jokowi memberikan bantuan ke PBNU dan warga Nahdliyin,” ungkap Alem.
Kata Alem, Presiden Jokowi harus melihat siapa yang akan diajak bicara dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini. “Jokowi itu tidak ada penasehat tim komunikasinya. Semua atas kemauan Jokowi sendiri,” papar Alem.
Alem pun menyindir bisa jadi Jokowi minta saran kepada orang gila terkait melemahnya ekonomi Indonesia saat ini. “Semua dimintai bantuan, sampai orang gila pun bisa jadi dimintai saran. Yang jelas-jelas ada saran solutif kayaknya SBY kelihatannya tidak dijalankan SBY, mungkin gengsi,” jelas Alem.
Sebelumnya, Kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2015-2020 yang menghadapnya, Presiden Jokowi meminta agar menenangkan rakyat, terutama warga Nahdliyin tenang, tidak panik menghadapi ekonomi yang sedang melemah ini, dan memberikan pemahaman kepada mereka bahwa ini akibat ekonomi global, dan memberikan rasa optimisme kepada warga NU, jangan sampai menjadi orang putus asa.
“Kita harus tetap optimis. Insya Allah pemerintah akan berupaya keras, sebulan dua bulan, tidak lama lagi bisa selesai,“ kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj seusai bersama pengurus PBNU periode 2015-2020 melaporkan hasil Muktamar PBNU di Jombang, Jatim, kepada Presiden Jokowi, di kawasan Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (27/8) pagi.
Said Aqil mengharapkan warga NU agar terus kerja keras, yang petani tetap ke sawah, yang pedagang tetap berdagang, karena Insya Allah kita tidak kurang pangan, tidak kurang bahan pokok. “Presiden akan mempertahankan harga bahan pokok dan BBM, tidak akan dinaikkan,” jelas Said.