Saat ini ada upaya parpolisasi terhadap ormas khususnya NU dan Muhammadiyah yang saat ini sedang melaksanakan muktamar.
“Yang terjadi pada Muktamar ke-33 NU di Jombang Jawa Timur sesungguhnya sudah terjadi juga di ormas-ormas Islam besar lain, yakni fenomena ‘parpolisasi’,” kata pengamat politik Muchtar Effendi Harahap dalam keterangan kepada suaranasional, Senin (3/8).
Menurut Muchtar, kader-kader parpol juga sudah terlihat ikut memperebutkan kekuasaan kekuasaan atau pengurus di Muhammadyah.
Kata Muchtar, baik NU dan Muhammadiyah menggunakan metode ‘transaksional’ yakni memfasilitasi dengan uang, dana dan kemudahan-kemudahan lain yang membutuhkan kapital atau modal kepada para pemilik suara dan para penggembira agar memberikan dukungan terhadap pengambilan keputusan pemilihan pengurus ormas tersebut.
Muchtar mengatakan, NU menjadi sangat terbuka karena ada parpol (PKB) yang konstituennya dominan warga NU dan sedang dalam posisi parpol berkuasa di pemerintahan.
“Kepentingan Parpol atas penguasaan NU tentu dalam rangka mempertahankan kekuasaan atau meningkatkan. Saat Muktamar NU berlangsung, Kubu Gus Solah membeberkan, harga dukungan AHWA Rp 15-25 Juta Per PCNU,” papar Muchtar.
Menurut Muchtar, kalau Muhammadyah diperebutkan oleh kader PAN,PPP dan Golkar. Kader-kader parpol juga sudah terlihat ikut memperbutkan kekuasaan kekuasaan atau pengurus di Muhammadyah.
“Kultur transaksionalisme yang sebelumnya terbebas dari ormas-ormas Islam ini, kemudian diperkenalkan dan dilembagakan oleh kader-kader parpol yang sudah terkena atau tercemar ketika menjadi pejabat pemerintahan, misalnya DPR/DPRD, Menteri, Gubernur/Walikota/Bupati dan juga di dalam dinamika internal parpol itu sendiri,” pungkas Muchtar.