Amil Sejati Pernah Berinteraksi dengan Dunia Gerakan

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Sebagian dari pintu masuk lahirnya amil sejati justru bukan dari dunia amil an sich, apalagi dari dunia akademisi. Mereka yang memasuki gerbang amil sejati ternyata mereka yang sebelumnya berinteraksi dengan dunia gerakan, teruji dengan beragam keterbatasan, serta memahami dan mengenal dunia dakwah secara luas.

Pengabdian mereka sebagai amil sejati merupakan panggilan jiwa atas nama fitrah dan cita-cita tinggi memperbaiki umat dan dunia. Amil sejati bukanlah mereka yang senang dengan basa-basi, puja-puji, dan beragam tawaran fasilitas yang serba baik dan tersedia. Mereka terpanggil justru demi memenuhi tantangan kebaikan yang menghentak kesadaran dan jiwanya. Mereka hendak berbuat banyak sekalipun dengan kondisi fasilitas yang terbatas.

Mereka biasa taat, disiplin dan tunduk penuh loyalitas, tak ada keluhan atau ketakutan bila mereka dihadapkan pada tantangan yang berat sekalipun. Mereka mengambil pilihan sebagai amil sejati dengan penuh kesadaran, dengan segala konsekuensi dan risiko yang akan diterimanya.

Antusiasme mereka tak surut sedikit pun bila saat ini lembaganya mungkin belum dikenal atau populer. Mereka sadar bahwa pilihan-pilihan untuk menguatkan gerakan zakat adalah langkah dakwah memperbaiki kondisi negeri. Mereka bahkan ada yang sejak menjelang menikah meminta calon istrinya untuk bersedia di nomor dua setelah dunia dakwah sosial.

Saat ini, telah berlahiran ribuan amil dalam beragam lembaga yang menaungi. Namun, ternyata tetap saja tak banyak amil sejati yang memilih berjuang di dunia amil dibandingkan yang sekadar menjadi pekerja di dunia amil zakat. Para pekerja di dunia amil zakat, jadi, malah secara lahir justru hadir sebagai ketua, pimpinan, direktur, atau jabatan puncak organisasi pengelola zakat yang ada.

Namun, bila mentalitas, idealisme dan cita-citanya bukan sebagai amil sejati, mereka sesungguhnya tetap saja berderajat pekerja dunia amil zakat. Apalagi bila mereka tak punya latar belakang sebagai aktivis dan tak berdiri utuk secara tegar sebagai orang baik dan memihak pada kebaikan atas nama manusia dan kemanusiaan.

Padahal, orang baik harus memilih posisi, harus memberi kebaikan pada sekitarnya, serta produk ucap dan perbuatannya selaras. Mereka harus mendahulukan kebaikan menjadi pengabdi kebaikan, dan bersedia menahan diri demi kebaikan untuk tak berkata dan berbuat yang tak mendatangkan kemaslahatan.