Warna sebenarnya Satgasus Merah Putih yang pernah dipimpin Ferdy Putih itu merah dan hitam atau pelangi Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT)
“Pasca bubarnya Satgasus Merah Putih yang sebenarnya nyata berwarna merah dan hitam atau pelangi LGBT. Layanan Gertak Berujung Tembak, dooor,” kata Pemerhati Politik dan Kebangsaan Rizal Fadillah kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (14/8/2022). “Satgasus Merah Putih bubar semoga menjadi berkah bukan menambah masalah. Pak Kapolri penting untuk dikawal dalam menjaga konsistensi dan mempertahankan prestasi,” jelasnya.
Kata Rizal, Satgasus Merah Putih merupakan lembaga non-struktural buatan Mantan Kapolri Jenderal (Purn) Tito Karnavian ini disorot atas kerjanya yang berbau mafia. Menangani dunia remang-remang atau abu-abu. Judi, narkoba, cuci uang, korupsi, ITE dan lainnya yang diduga menjadi sumber pendapatan gelap Polri.
“Banyak pihak memuji langkah Kapolri meskipun pembubaran sebelum terjadi pengusutan dan “audit” disayangkan juga. Khawatir ada penghapusan jejak dari kerja hitamnya. Anggota berlarian untuk siap-siap cuci tangan atas berbagai kasus. Satgasus ini beroperasi bukan hanya dalam kaitan penanganan tetapi juga penyelamatan. Mampu membuat naskah dan melaksanakan pementasan sandiwara untuk berbagai lakon. Di antara lakonnya adalah pembunuhan keji Km 50,” ungkapnya.
Kata Rizal, bubarnya Satgasus Merah Putih menciptakan keleluasaan atau konsolidasi baru mafioso. Terhadap “harta karun” yang ditinggalkan jika tidak arif dan tegas dalam kembali ke garis fungsi Kepolisian, maka akan terjadi perebutan brutal dan tajam di dalam.
“Budaya kekerasan dan rekayasa harus segera ditinggalkan. Kasus kriminal Duren Tiga tidak boleh diambangkan. Penuntasan adalah tuntutan publik. Kemudian ambil langkah-langkah pemulihan. Hutang penuntasan kasus-kasus yang ditutup segera bayar dan lunasi. Ini momentum bagi Kepolisian untuk kembali ke jati diri. Menjadi institusi yang kembali dibanggakan anak negeri. Bukan seperti saat ini yang dibenci dan dicaci maki,” pungkas Rizal.